Jumat, 25 Maret 2011

Penyebab & Tanda - Tanda Keguguran

Berikut artikel tentang keguguran janin, apa tanda -
tanda atau ciri keguguran, penyebabnya apa saja,
bagaimana mecegah / mengatasi keguguran, apa
yang dilakukan pasca keguguran dan kapan boleh
hamil lagi. Keguguran diartikan sebagai
keluarnya janin atau
persalinan prematur sebelum
mampu untuk hidup. Resiko
keguguran memiliki
persentase sebesar 15% – 40% dari ibu hamil, dan 60-75% keguguran terjadi sebelum usia kehamilan 3
bulan. Jumlah kejadian atau resiko keguguran akan
menurun pada usia kehamilan di atas 3 bulan. Yang
disebut sebagai keguguran adalah bila janin keluar
pada saat usia kehamlian belum mencapai 20 minggu,
sedangkan kematian janin terjadi pada saat janin sudah berumur lebih dari 20 minggu. Penyebab Keguguran. Kebanyakan ahli kandungan berpendapat, keguguran
merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor.
Terbukti, sekitar 50% kasus keguguran terjadi akibat
kelainan kromosom, dan selebihnya adalah akibat
infeksi, kelainan rahim, kelainan hormon, dan lain-
lain. Pemicu atau yang menyebabkan keguguran adalah salah satu atau bbrp hal berikut : Adanya kelainan pada janin yang disebabkan
kelainan kromosom, yang terjadi saat
berlangsungnya proses pembuahan. Akibatnya,
embrio yang terbentuk cacat dan dikeluarkan tubuh. Adanya kelainan pada ibu, seperti kelainan pada
sisterm hormonal (bisa hormon prolaktin yang terlalu
tinggi atau progesteron yang terlalu rendah), sistem
kekebalan tubuh, infeksi menahun, dan penyakit
berat yang diderita si ibu hamil. Adanya kelainan pada rahim. Kelainan yang paling
umum terjadi adalah adanya miom (tumor jaringan
otot) yang dapat mengganggu pertumbuhan embrio.
kelainan lain yaitu rahim terlalu lemah sehingga tidak
mampu menahan berat janin yang sedang
berkembang. Kehamilan dalam rahim yang terlalu lemah biasanya hanya mampu bertahan hingga akhir
trimester pertama. Penyebab lain adalah infeksi, seperti terkena virus
TORCH, HIV, Hepatitis dll. Keguguran juga dapat diakibatkan oleh gaya hidup.
Wanita yang cenderung merokok, mengkonsumsi
minuman keras, obesitas atau berat badan kurang
dapat memiliki gangguan hormon yang berakibat
gangguan kehamilan. Tanda-tanda atau ciri anda keguguran adalah
sbb : Perdarahan Perdarahan adalah tanda yang paling umum.
Perdarahan yang terjadi bisa hanya berupa bercak-
bercak yang berlangsung lama sampai perdarahan
hebat. Kadang-kadang terdapat bagian jaringan yang
robek yang ikut keluar bersamaan dengan darah.
Misalnya, bagian dari jaringan dinding rahim yang terkoyak atau kantung ketuban yang robek. Kram atau Kejang Perut Tanda ini rasanya mirip seperti kram perut pada awal
datang bulan. Biasana kram ini berlangsung berulang-
ulang dalam periode waktu yang lama. Kram atau
kejang juga dapat terjadi di daerah panggul Nyeri Pada Bagian Bawah Perut Rasa nyeri pada bagian bawah perut terjadi dalam
waktu cukup lama. Selain di sekitar perut, rasa sakit
juga dapat terjadi di bagian bawah panggul,
selangkangan, dan daerah alat kelamin. Nyeri ini
terjadi dalam beberapa jam hingga beberapa hari
setelah muncul gejala perdarahan. Jenis-jenis keguguran yang mungkin terjadi
adalah: * Ancaman keguguran (abortus imminens)
Tandanya:
- Hasil pembuahan (embrio) lepas sebagian, atau
terjadi perdarahan di belakang tempat embrio
menempel.
- Embrio masih di dalam rahim dan bertahan hidup, sehingga umumnya bisa diselamatkan. * Abortus insipiens
Tandanya:
- Sebagian jaringan embrio sudah turun dan berada
di mulut rahim, tapi seluruh embrio masih berada di
dalam rahim.
- Kemungkinan untuk melanjutkan proses kehamilan dan mempertahankan embrio sangat kecil. * Abortus tidak lengkap (inkomplet)
Tandanya:
- Sebagian jaringan embrio sudah terlepas dari
dinding rahim, dan biasanya ada sebagian jaringan
yang sudah berada di mulut rahim.
- Apabila perdarahan yang terjadi tidak kunjung berhenti, embrio/janin harus segera dikeluarkan. * Abostus lengkap (komplet)
Tandanya:
- Embrio yang sudah berbentuk janin, sudah terlepas
sama sekali dari dinding rahim.
- Biasanya terjadi di awal masa kehamilan, yakni
ketika plasenta belum terbentuk. - Janin akan keluar dari rahim, baik secara spontan
maupun dengan alat bantu.guan kehamilan. Tindakan Mencegah Keguguran. Seperti sudah disinggung sebelumnya, keguguran terjadi ditandai perdarahan. Itu sebabnya seorang ibu hamil jika mengalami perdarahan sedikit apa pun, harus segera menghubungi dokter. Sedikit atau banyak darah yang keluar, perdarahan ini harus segera ditangani. Biasanya dokter akan mencegah jangan sampai janin keluar. Antara lain dengan meminta calon ibu melakukan istirahat total (bed rest), disertai pemberian obat-obatan seperti dupaston atau gestanon. Selain itu akan dilakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui dengan pasti apakah janin masih ada atau sudah gugur. Bila tak ada janin tapi tanda-tanda kehamilan masih ada, hal ini dalam ilmu kedokteran disebut blighted ovum(BO). Bila keadaan sudah demikian, dokter akan mengambil tindakan kuretase, yaitu pengerokan pada
rahim dengan tujuan mengosongkan rongga rahim. Bila disebabkan infeksi, dokter akan mengobati infeksinya lebih dahulu. Jika infeksi sudah dipastikan sembuh, ibu tersebut baru diperbolehkan hamil kembali. Jika keguguran akibat mulut rahim yang lemah, maka pada kehamilan berikutnya akan dilakukan tindakan operasi pengikatan mulut rahim. Pasca Keguguran
Yang sebaiknya anda lakukan dan perhatikan setelah
keguguran : * Periksa ke dokter kandungan, sehingga faktor-
faktor yang menjadi penyebab terjadinya keguguran
yang Anda alami dapat diketahui. Sedapat mungkin
dihindari agar tidak terjadi keguguran berulang pada
kehamilan berikutnya. * Perhatikan asupan gizi Anda, khususnya zat-zat gizi
yang penting untuk membantu mempersiapkan
kehamilan dan membantu proses tumbuh-kembang
janin kelak. Misalnya, memenuhi kebutuhan asupan
asam folat sebanyak 400 mikrogram setiap hari * Terapkan gaya hidup sehat, misalnya dengan
melakukan olahraga secara teratur, dan memenuhi
kebutuhan tubuh Anda untuk istirahat (jangan terlalu
lelah). Kapan boleh hamil lagi? Pertanyaan tentang kapan timing yang tepat untuk
hamil lagi memang sering muncul. Ada beberapa hal
yang harus dipertimbangkan setiap individu.
“Misalnya, kasus keguguran yang dulu itu hamil pertama atau bukan? Penyebabnya apa? Umur Anda
sekarang berapa? Kondisi Anda bagaimana? Kalau
semuanya normal-normal saja, sekitar 2-3 bulan
setelah menstruasi, Anda boleh hamil lagi.
Kondisi seperti apa, sih , yang dianggap tidak
normal? Bila kehamilan lalu merupakan hamil anggur. Masalahnya, keguguran akibat hamil anggur
berpotensi untuk jadi penyakit trofoblas ganas. Yaitu,
semacam tumor dalam rahim yang terbentuk dari
jaringan sel-sel bagian luar pada awal terbentuknya
janin, dan bisa menyebar sampai ke paru-paru, otak
atau hati. Pada kondisi ini, diperlukan treatment sekitar 6 bulan ( silakan baca artikel tentang hamil
anggur pada edisi ini ). Kalau tidak ada tanda-tanda
keganasan pada trofoblas, barulah Anda boleh hamil
lagi.

Perdarahan pada kehamilan muda adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 22 minggu.

Penanganan umum perdarahan pada kehamilan
muda :
- Lakukan penilaian secara cepat mengenaii keadaan
umum pasien, termasuk
tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan,
dan suhu). - Periksa tanda-tanda syok (pucat, berkerringat
banyak, pingsan, tekanan sistolik
kurang 90 mmHg, nadi lebih 112 kali per menit).
- Jika dicurigai terjadi syok, segera mullai penanganan
syok. Jika tidak terlihat tanda-
tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat penolong melakukan
evaluasi mengenai kondisi wanita karena
kondisinya dapat memburuk dengan
cepat. Jika terjadi syok, sangat penting untuk
memulai penanganan syok dengan
segera. - Jika pasien dalam keadaan syok, pikirkaan
kemungkinan kehamilan ektopik
terganggu.
- Pasang infus dengan jarum infus besar ((16 G atau
lebih), berikan larutan garam
fisiologik atau ringer laktat dengan tetesan cepat (500 cc dalam 2 jam pertama). Diagnosis perdarahan pada kehamilan muda :
1. Pikirkan kemungkinan kehamilan ektopik pada
wanita dengan anemia, penyakit
radang panggul (pelvic inflammatory disease- PID),
gejala abortus atau keluhan
nyeri yang tidak biasa. Catatan : Jika dicurigai adanya kehamilan ektopik,
lakukan pemeriksaan
bimanual secara hati-hati karena kehamilan ektopik
awal bisa sampai mudah
pecah.
2. Pikirkan kemungkinan abortus pada wanita usia reproduktif yang mengalami
terlambat haid (lebih 1 bulan sejak haid terakhir)
dan mempunyai 1 atau lebih
tanda berikut : perdarahan, kaku perut,
pengeluaran sebagian produk konsepsi,
serviks yang berdilatasi atau uterus yang lebih kecil dari seharusnya.
3. Jika abortus merupakan kemungkinan diagnosis,
kenali dan segera tangani
komplikasi yang ada. 1. Diagnosis abortus imminens : – Bercak perdarahan hingga perdarahan sedang. Perdarahan ringan
membutuhkan waktu lebih 5 menit untuk
membasahi pembalut atau kain
bersih. – Serviks tertutup. – Uterus sesuai dengan usia kehamilan. – Gejala / tanda : kram perut bawah dan uterus lunak.
2. Diagnosis kehamilan ektopik terganggu : – Bercak perdarahan hingga perdarahan sedang. – Serviks tertutup. – Uterus sedikit membesar dari usia kehamilan normal – Gejala / tanda : limbung atau pingsan, nyeri perut bawah, nyeri goyang porsio,
massa adneksa, dan cairan bebas intra abdomen.
3. Diagnosis abortus komplit : – Bercak perdarahan hingga perdarahan sedang. – Serviks tertutup atau terbuka. – Uterus lebih kecil dari usia kehamilan normal – Gejala / tanda : sedikit atau tanpa nyeri perut bawah, dan riwayat ekspulsi hasil
konsepsi.
4. Diagnosis abortus insipiens : – Perdarahan sedang hingga masif (banyak). Perdarahan berat membutuhkan
waktu kurang 5 menit untuk membasahi
pembalut atau kain bersih. – Serviks terbuka. – Uterus sesuai usia kehamilan. – Gejala / tanda : kram / nyeri perut bawah, dan belum terjadi ekspulsi hasil
konsepsi.
5. Diagnosis abortus inkomplit : – Perdarahan sedang hingga masif (banyak). – Serviks terbuka. – Uterus sesuai usia kehamilan. – Gejala / tanda : kram / nyeri perut bawah, dan ekspulsi sebagian hasil konsepsi.
6. Diagnosis abortus mola : – Perdarahan sedang hingga masif (banyak). – Serviks terbuka. – Uterus lunak dan lebih besar dari usia kehamilan – Gejala / tanda : mual / muntah, kram perut bawah, sindrom mirip pre
eklampsia, tidak ada janin, dan keluar jaringan
seperti anggur. Tanda dan gejala abortus antara lain nyeri abdomen bawah , nyeri lepas , uterus terasa lemas, perdarahan berlanjut, lemah, lesu, demam, sekret vagina berbau , sekret & pus dari serviks , dan nyeri goyang serviks . Komplikasinya adalah infeksi / sepsis. Penanganannya adalah mulai
memberikan antibiotik sesegera mungkin sebelum
melakukan aspirasi vakum manual. Antibiotiknya
berupa ampisilin 2 gr IV tiap 6 jam ditambah
gentamisin 5 mg/kgbb IV tiap 24 jam ditambah
metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam sampai ibu bebas demam 48 jam. Tanda dan gejala lainnya adalah nyeri / kaku pada
abdomen, nyeri lepas, distensi abdomen, abdomen
terasa tegang & keras, nyeri bahu, mual-muntah, dan
demam. Komplikasinya adalah perlukaan uterus, vagina atau usus . Penanganannya yaitu lakukan laparotomi untuk memperbaiki perlukaan dan
lakukan aspirasi vakum manual secara berurutan.
Mintalah bantuan lebih lanjut jika dibutuhkan. Jenis-Jenis Abortus ___________________ Jenis-jenis abortus :
1. Abortus spontan
2. Abortus yang disengaja
3. Abortus tidak aman
4. Abortus septik Abortus spontan adalah penghentian kehamilan sebelum janin mencapai viabilitas (usia kehamilan 22
minggu). Tahapan abortus spontan meliputi :
1. Abortus imminens (kehamilan dapat berlanjut).
2. Abortus insipiens (kehamilan tidak akan berlanjut
dan akan berkembang menjadi
abortus inkomplit atau abortus komplit). 3. Abortus inkomplit (sebagian hasil konsepsi telah
dikeluarkan).
4. Abortus komplit (seluruh hasil konsepsi telah
dikeluarkan). Abortus yang disengaja adalah suatu proses dihentikannya kehamilan sebelum janin mencapai
viabilitas. Abortus tidak aman adalah suatu prosedur yang dilakukan oleh orang yang tidak berpengalaman atau
dalam lingkungan yang tidak memenuhi standar
medis minimal atau keduanya. Abortus septik adalah abortus yang mengalami komplikasi berupa infeksi-sepsis dapat berasal dari
infeksi jika organisme penyebab naik dari saluran
kemih bawah setelah abortus spontan atau abortus
tidak aman. Sepsis cenderung akan terjadi jika
terdapat sisa hasil konsepsi atau terjadi penundaan
dalam pengeluaran hasil konsepsi. Sepsis merupakan komplikasi yang sering terjadi pada abortus tidak
aman dengan menggunakan peralatan. Penanganan
____________ Jika dicurigai suatu abortus tidak aman terjadi,
periksalah adanya tanda-tanda infeksi atau adanya
perlukaan uterus, vagina dan usus, lakukan irigasi
vagina untuk mengeluarkan tumbuh-tumbuhan, obat-
obat lokal atau bahan lainnya. Penanganan abortus imminens :
1. Tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring
total.
2. Jangan melakukan aktifitas fisik berlebihan atau
hubungan seksual.
3. Jika perdarahan : – Berhenti : lakukan asuhan antenatal seperti biasa, lakukan penilaian jika
perdarahan terjadi lagi. – Terus berlangsung : nilai kondisi janin (uji kehamilan atau USG). Lakukan
konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain.
Perdarahan berlanjut,
khususnya jika ditemukan uterus yang lebih besar
dari yang diharapkan,
mungkin menunjukkan kehamilan ganda atau mola.
4. Tidak perlu terapi hormonal (estrogen atau
progestin) atau tokolitik (misalnya
salbutamol atau indometasin) karena obat-obat ini
tidak dapat mencegah
abortus. Penanganan abortus insipiens :
1. Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan
evaluasi uterus dengan aspirasi
vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera
lakukan : – Berikan ergometrin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila
perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat
diulang sesudah 4 jam bila
perlu). – Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
2. Jika usia kehamilan lebih 16 minggu : – Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi. – Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena
(garam fisiologik atau larutan ringer laktat)
dengan kecepatan 40 tetes per
menit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
3. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah
penanganan. Penanganan abortus inkomplit :
1. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan
kehamilan kurang 16 minggu,
evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan
cunam ovum untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan
berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler atau
misoprostol 400 mcg per
oral.
2. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung
dan usia kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi sisa hasil konsepsi dengan : – Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi
dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan
jika aspirasi vakum manual
tidak tersedia. – Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg
intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu)
atau misoprostol 400 mcg
per oral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).
3. Jika kehamilan lebih 16 minggu : – Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik
atau ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes per
menit sampai terjadi
ekspulsi hasil konsepsi. – Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai
terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800
mcg). – Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
4. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah
penanganan. Penanganan abortus komplit :
1. Tidak perlu evaluasi lagi.
2. Observasi untuk melihat adanya perdarahan
banyak.
3. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah
penanganan. 4. Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet
sulfas ferrosus 600 mg per hari
selama 2 minggu. Jika anemia berat berikan
transfusi darah.
5. Konseling asuhan pasca keguguran dan
pemantauan lanjut. Pemantauan Pasca Abortus
__________________________ Insidens abortus spontan kurang lebih 15% (1 dari 7
kehamilan) dari seluruh kehamilan. Syarat-syarat memulai metode kontrasepsi dalam
waktu 7 hari pada kehamilan yang tidak diinginkan :
1. Tidak terdapat komplikasi berat yang
membutuhkan penanganan lebih lanjut.
2. Ibu menerima konseling dan bantuan secukupnya
dalam memilih metode kontrasepsi yang paling sesuai. Metode kontrasepsi pasca abortus : 1. Kondom – Waktu aplikasinya segera. – Efektivitasnya tergantung dari tingkat kedisiplinan klien. – Dapat mencegah penyakit menular seksual. 2. Pil kontrasepsi – Waktu aplikasinya segera. – Cukup efektif tetapi perlu ketaatan klien untuk minum pil secara teratur.
3. Suntikan – Waktu aplikasinya segera. – Konseling untuk pilihan hormon tunggal atau kombinasi.
4. Implan – Waktu aplikasinya segera. – Jika pasangan tersebut mempunyai 1 anak atau lebih dan ingin kontrasepsi
jangka panjang.
5. Alat kontrasepsi dalam rahim – Waktu aplikasinya segera dan setelah kondisi pasien pulih kembali. – Tunda insersi jika hemoglobin kurang 7 gr/dl (anemia) atau jika dicurigai
adanya infeksi.
6. Tubektomi – Waktu aplikasinya segera. – Untuk pasangan yang ingin menghentikan fertilitas. – Jika dicurigai adanya infeksi, tunda prosedur sampai keadaan jelas. Jika
hemoglobin kurang 7 gram/dl, tunda sampai
anemia telah diperbaiki. – Sediakan metode alternatif (seperti kondom). Beberapa wanita mungkin membutuhkan :
1. Jika klien pernah diimunisasi, berikan booster
tetanus toksoid 0,5 ml atau jika
dinding vagina atau kanalis servikalis tampak luka
terkontaminasi.
2. Jika riwayat imunisasi tidak jelas, berikan serum anti tetanus 1500 unit
intramuskuler diikuti dengan tetanus toksoid 0,5 ml
setelah 4 minggu.
3. Penatalaksanaan untuk penyakit menular seksual.
4. Penapisan kanker serviks. Kehamilan Ektopik Terganggu ___________________________ Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan
implantasi terjadi di luar rongga uterus. Tuba Fallopii
merupakan tempat tersering terjadinya implantasi
kehamilan ektopik (lebih 90%). Tanda dan gejala kehamilan ektopik sangatlah
bervariasi tergantung dari pecah tidaknya kehamilan
tersebut. Alat penting yang dapat digunakan untuk
mendiagnosis kehamilan ektopik yang pecah adalah
tes kehamilan dari serum yang dikombinasi dengan
pemeriksaan USG. Jika diperoleh haril darah yang tidak membeku segera mulai penanganan. Tanda dan gejala kehamilan ektopik :
1. Gejala kehamilan awal berupa flek atau perdarahan
ireguler, mual, pembesaran
payudara, perubahan warna pada vagina & serviks,
perlunakan serviks,
pembesaran uterus, frekuensi buang air kecil meningkat.
2. Nyeri pada abdomen dan pelvis. Tanda dan gejala kehamilan ektopik terganggu :
1. Kolaps dan kelelahan.
2. Denyut nadi cepat dan lemah (110 kali per menit
atau lebih).
3. Hipotensi.
4. Hipovolemia. 5. Abdomen akut dan nyeri pelvis.
6. Distensi abdomen. Distensi abdomen dengan
shifting dullness merupakan
petunjuk adanya darah bebas.
7. Nyeri lepas.
8. Pucat. Diagnosis banding kehamilan ektopik yang tersering
adalah abortus imminens. Diagnosa banding lainnya
adalah penyakit radang panggul akut & kronik, kista
ovarium (terpuntir atau ruptur) dan appendisitis akut.
USG dapat membedakan antara kehamilan ektopik,
abortus imminens dan kista ovarium terpuntir. Penanganan awal kehamilan ektopik :
1. Segera lakukan uji silang darah dan laparatomi.
Jangan menunggu darah
sebelum melakukan pembedahan.
2. Jika tidak ada fasilitas, segera rujuk ke fasilitas
lebih lengkap dan lakukan penilaian awal.
3. Pada laparatomi, eksplorasi kedua ovarium dan
tuba Fallopii : – Kerusakan tuba yang berat : lakukan salpingektomi (hasil konsepsi dan tuba
keduanya dikeluarkan). Ini merupakan terapi
pilihan pada sebagian besar
kasus. – Kerusakan tuba yang kecil : lakukan salpingostomi (hasil konsepsi dikeluarkan
dan tuba dipertahankan). Ini dilakukan dengan
mempertimbangkan
konservasi kesuburan karena resiko kehamilan
ektopik berikutnya cukup tinggi. Jika terjadi perdarahan banyak dapat dilakukan
autotransfusi apabila darah intraabdominal masih
segar dan tidak terinfeksi atau terkontaminasi (pada
akhir kehamilan, darah dapat terkontaminasi dengan
air ketuban dan lain-lain sehingga sebaiknya tidak
digunakan untuk autotransfusi). Darah dapat dikumpulkan sebelum pembedahan atau setelah
abdomen dibuka :
1. Sewaktu ibu berbaring di atas meja operasi
sebelum operasi dan abdomen
tampak tegang akibat terkumpulnya darah, saat itu
memungkinkan untuk memasukkan jarum melalui dinding abdomen dan
darah dikumpulkan diset
donor.
2. Cara lain, bukalah abdomen : – Ambil darah ke dalam suatu tempat dan saringlah darah dengan menggunakan
kasa untuk memisahkan bekuan darah. – Bersihkan bagian atas dari kantong darah dengan cairan antiseptik dan bukalah
dengan pisau steril. – Tuangkan darah wanita tersebut ke dalam kantong dan masukkan kembali
melalui set penyaring dengan cara biasa. – Jika tidak tersedia kantong donor dengan antikoagulan, tambahkan sodium
sitrat 10 ml untuk setiap 90 ml darah. Penanganan selanjutnya :
1. Sebelum membolehkan ibu pulang, lakukan
konseling dan nasehat mengenai
prognosis kesuburannya. Mengingat meningkatnya
resiko kehamilan ektopik
selanjutnya, konseling metode kontrasepsi dan penyediaan metode kontrasepsi,
jika diinginkan, merupakan hal yang penting.
2. Perbaiki anemia dengan sulfas ferrous 600 mg/hr
per oral selama 2 minggu.
3. Jadwalkan kunjungan berikutnya untuk
pemantauan dalam waktu 4 minggu. Mola Hidatidosa _______________ Kehamilan mola merupakan proliferasi abnormal dari
vili khorialis. Penanganan awal kehamilan mola :
Jika diagnosa kehamilan mola telah ditegakkan,
lakukan evaluasi uterus :
- Jika dibutuhkan dilatasi serviks, gunakkan blok
paraservikal.
- Pengosongan dengan aspirasi vakum manuaal lebih aman daripada kuretase
tajam. Resiko perforasi dengan menggunakan kuret
tajam cukup tinggi.
- Jika sumber vakum adalah tabung manual,, siapkan
peralatan aspirasi vakum
manual minimal 3 set agar dapat digunakan secara bergantian hingga
pengosongan kavum uteri selesai. Isi uterus cukup
banyak tetapi penting untuk
cepat dikosongkan. Penanganan selanjutnya kehamilan mola :
- Pasien dianjurkan untuk menggunakan konntrasepsi
hormonal (apabila masih ingin
anak) atau tubektomi apabila ingin menghentikan
fertilitas.
- Lakukan pemantauan setiap 8 minggu selaama minimal 1 tahun pasca evakuasi
dengan menggunakan tes kehamilan dengan urin
karena adanya resiko
timbulnya penyakit trofoblas yang menetap atau
khoriokarsinoma. Jika tes
kehamilan dengan urin tidak negatif setelah 8 minggu atau menjadi positif
kembali dalam 2 tahun pertama, rujuk ke pusat
kesehatan tersier untuk
pemantauan dan penanganan lebih lanjut. Sumber : Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
& Neonatal. Editor : Abdul Bari Saifuddin, Gulardi Hanifa
Wiknjosastro, Biran Affandi, Djoko Waspodo. Ed. I, Cet.
5, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2003.

obat Super Tetra

Super Tetra Indikasi:
- SUPER TETRA merupakan
antibiotik pilihan utama terhadap
infeksi yang disebabkan oleh
mikroorganisme sebagai berikut:
Vibrio cholerae, Vibrio fetus, Haemophilus ducreyi,
Mycoplasma pneumoniae, semua
jenis Rickettsia, Borrelia Spp.,
Chlamydia (psittacosis, omithosis,
lymphogranuloma venereum, Trachoma-Incluston Conjuctivitis), Brucella Spp.
- SUPER TETRA merupakan obat alternatif lain
disamping Penisilin untuk infeksi yang disebabkan
oleh mikroorganisme sebagai berikut: Neisseria
gonorrhoeae, Treponema pallidum dan Treponema
pertenuc, Haemophilus influenzae,Bacillus anthracis. - SUPER TETRA bukan untuk batuk kering dan virus. Kontra Indikasi:
Hipersensitif terhadap golongan tetracycline.
Penderita gangguan ginjal. Komposisi:
Tiap kapsul lunak mengandung:
tetracycline HCL phosphate buffered setara dengan
tetracycline HCL ...................... 250 mg Farmakologi:
SUPER TETRA mengandung tetracycline HCL phosphate
buffered. Bekerja dengan jalan menghambat sintesa
protein kuman. Posologi:
Pemberian dilakukan 1 jam sebelum makan atau 2
jam sesudah makan. Dosis dan lama pemakaian
tergantung pada jenis dan beratnya infeksi atau
sesuai dengan petunjuk dokter.
Dosis lazim dewasa: 1 - 2 kapsul setiap 6 jam. Dosis lazim anak-anak > 8 tahun : 25 - 50 mg/kg berat
badan per hari dalam dosis terbagi-bagi tiap 6 jam. Perhatian:
Penggunaan tetracycline pada penderita dengan
gangguan fungsi ginjal, wanita hamil, selama
menyusui dan anak-anak di bawah umur 8 tahun
tidak dianjurkan.
Penggunaan jangka lama dapat berakibat timbulnya super infeksi karena pertumbuhan mikroorganisme
yang resisten terhadap anti infeksi. Efek Samping:
Mual, muntah, rash pada kulit, urtikaria dan nyeri
pada bagian ulu hati. Interaksi Obat:
Pemakaian tetracycline bersama-sama dengan
preparat-preparat yang mengandung calcium,
magnesium, iron, aluminium, dan susu tidak
dianjurkan, karena kation bivalen dan polivalen dapat
membentuk kelat dengan tetracycline serta menghambat penyerapannya.
Pemberian bersama dengan kontrasepsi oral dapat
mengurangi efektifitas kontrasepsi oral. HARUS DENGAN RESEP DOKTER Jenis: Kapsul Produsen: PT Darya-Varia

Sabtu, 19 Maret 2011

FISIOLOGI PERSALINAN KALA III 16:09 Diposkan oleh Bidan Febri Penyebab terpisahnya plasenta dari dinding uterus
adalah kontraksi uterus (spontan atau dengan
stimulus) setelah kala dua selesai. Berat plasenta
mempermudah terlepasnya selaput ketuban, yang
terkelupas dan dikeluarkan. Tempat perlekatan
plasenta menentukan kecepatan pemisahan dan metode ekspulsi plasenta. Selaput ketuban
dikeluarkan dengan penonjolan bagian ibu atau
bagian janin. Pada kala III, otot uterus (miometrium)berkontraksi
mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah
lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan
berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta.
Karena tempat perlekatan menjadi semkin kecil,
sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka pasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas
dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun
ke bagian bawah uterus atau ke dalam vagina.
Setelah janin lahir, uterus mengadakan kontraksi
yang mengakibatkan penciutan permukaan kavum
uteri, tempat implantassi plasenta. Akibatnya, plasenta akan lepas dari tempat implantasinya. PENGERTIAN 1. Kala III merupakan tahap ketiga persalinan yang
berlangsung sejak bayi lahir sampai plasenta
lahir.
2. Persalinan kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi
dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput
ketuban. Cara-cara Pelepasan Plasenta :
1. Metode Ekspulsi Schultze Pelepasan ini dapat dimulai dari tengah (sentral) atau
dari pinggir plasenta. Ditandai oleh makin panjang
keluarnya tali pusat dari vagina (tanda ini
dikemukakan oleh Ahfled) tanpa adanya perdarahan
per vaginam. Lebih besar kemungkinannya terjadi
pada plasenta yang melekat di fundus. 2. Metode Ekspulsi Matthew-Duncan Ditandai oleh adanya perdarahan dari vagina apabila
plasenta mulai terlepas. Umumnya perdarahan tidak
melebihi 400 ml. Bila lebih hal ini patologik.Lebih besar
kemungkinan pada implantasi lateral. Apabila plasenta lahir, umumnya otot-otot uterus
segera berkontraksi, pembuluh-pembuluh darah akan
terjepit, dan perdarahan segera berhenti. Pada
keadaan normal akan lahir spontan dalam waktu
lebih kurang 6 menit setelah anak lahir lengkap. Beberapa Prasat untuk mengetahui apakah
plasenta lepas dari tempat implantasinya :
1. Prasat Kustner. Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali
pusat. Tangan kiri menekan daerah di atas simfisis.
Bila tali pusat ini masuk kembali ke dalam vagina,
berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus. Bila
tetap atau tidak masuk kembali ke dalam vagina,
berarti plasenta lepas dari dinding uterus. Prasat ini hendaknya dilakukan secara hati-hati. Apabila hanya
sebagian plasenta terlepas, perdarahan banyak akan
dapat terjadi. 2. Prasat Strassmann Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali
pusat. Tangan kiri mengetok-ngetok fundus uteri. Bila
terasa getaran pada tali pusat yang diregangkan ini
berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus. 3. Prasat Klein Wanita tersebut disuruh mengedan. Tali pusat tampak
turun ke bawah. Bila pengedanannya dihentikan dan
tali pusat masuk kembali ke dalam vagina, berarti
plasenta belum lepas dari dinding uterus. Tanda – tanda pelepasan plasenta. Adapun tanda – tanda pelepasan plasenta yaitu :
a. Perubahan bentuk dan tinggi fundus. Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai
berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi
fundus biasanya di bawah pusat. Setelah uterus
berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah,
uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau
alpukat dan fundus berada di atas pusat. b. Tali pusat memanjang. Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva. c. Semburan darah mendadak dan singkat. Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan
membantu mendorong plasenta keluar di bantu oleh
gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah
(retroplasental pooling) dalam ruang di antara dinding
uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi
kapasitas tampungnya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas. Tanda ini kadang – kadang terlihat dalam waktu satu menit setelah bayi
lahir dan biasanya dalam 5 menit. sumber
1. Coad, Jane dan Melvyn Dunstall. (2007). Anatomi
dan Fisiologi untuk Bidan. Jakarta : EGC
2. Saifudin, Abdul Bari. (2002). Ilmu Kebidanan.
Jakarta : YBPSP,
3. Affandi, Biran, dkk, (2007), Asuhan Persalinan Normal, Asuhan Essensial Persalinan (Edisi Revisi),
Jakarta : Jaringan Nasional Pelatihan Klinik,
4. Bobak, Lawdermilk, Jensen, (2005), Keperawatan
Maternitas edisi 4,
Preeklampsia Berat Posted on November 21, 2008 by diyoyen . Categories: Obstetric and gynecology . Pengertian Pre eklampsia berat adalah suatu komplikasi
kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi
160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan/
atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Penatalaksanaan Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan
gejala-gejala pre eklampsia berat selama perawatan
maka perawatan dibagi menjadi :
1. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri
atau diterminasi ditambah
pengobatan medisinal. 2. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap
dipertahankan ditambah
pengobatan medisinal. Perawatan Aktif Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada
setiap penderita dilakukan pemeriksaan fetal
assesment (NST & USG). 1. Indikasi (salah satu atau lebih)
a. Ibu - Usia kehamilan 37 minggu atau lebih
- Adanya tanda-tanda atau gejala impending
eklampsia, kegagalan terapi
konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi
terjadi kenaikan
desakan darah atau setelah 24 jam perawatan medisinal, ada gejala-gejala
status quo (tidak ada perbaikan). b. Janin - Hasil fetal assesment jelek (NST & USG)
- Adanya tanda IUGR c. Laboratorium - Adanya “HELLP syndrome ” (hemolisis dan peningkatan fungsi hepar,
trombositopenia). Pengobatan Medisinal Pengobatan medisinal pasien pre eklampsia berat
yaitu : 1. Segera masuk rumah sakit 2. Tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital diperiksa
setiap 30 menit, refleks patella setiap jam. 3. Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi
dengan infus RL (60-125cc/jam) 500 cc. 4. Antasida 5. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan
garam. 6. Pemberian obat anti kejang : magnesium sulfat 7. Diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-
tanda edema paru, payah jantung kongestif atau
edema anasarka. Diberikan furosemid injeksi 40 mg/
im. 8. Antihipertensi diberikan bila : Desakan darah sistolis lebih 180 mmHg, diastolis lebih
110 mmHg atau MAP lebih 125 mmHg. Sasaran
pengobatan adalah tekanan diastolis kurang 105
mmHg (bukan kurang 90 mmHg) karena akan
menurunkan perfusi plasenta.
Dosis antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada umumnya.
Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah
secepatnya, dapat diberikan obat-obat antihipertensi
parenteral (tetesan kontinyu), catapres injeksi. Dosis
yang biasa dipakai 5 ampul dalam 500 cc cairan infus
atau press disesuaikan dengan tekanan darah. Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat
diberikan tablet antihipertensi secara sublingual
diulang selang 1 jam, maksimal 4-5 kali. Bersama
dengan awal pemberian sublingual maka obat yang
sama mulai diberikan secara oral. 9. Kardiotonika
Indikasinya bila ada tanda-tanda menjurus payah
jantung, diberikan digitalisasi cepat dengan cedilanid
D.
10. Lain-lain : Konsul bagian penyakit dalam / jantung, mata.
Obat-obat antipiretik diberikan bila suhu rektal lebih
38,5 derajat celcius dapat dibantu dengan pemberian
kompres dingin atau alkohol atau xylomidon 2 cc IM.
Antibiotik diberikan atas indikasi. Diberikan ampicillin
1 gr/6 jam/IV/hari. Anti nyeri bila penderita kesakitan atau gelisah
karena kontraksi uterus. Dapat diberikan petidin HCL
50-75 mg sekali saja, selambat-lambatnya 2 jam
sebelum janin lahir. Pemberian Magnesium Sulfat Cara pemberian magnesium sulfat : 1. Dosis awal sekitar 4 gram MgSO4 IV (20 % dalam 20
cc) selama 1 gr/menit kemasan 20% dalam 25 cc
larutan MgSO4 (dalam 3-5 menit). Diikuti segera 4 gr di
bokong kiri dan 4 gram di bokong kanan (40 % dalam
10 cc) dengan jarum no 21 panjang 3,7 cm. Untuk
mengurangi nyeri dapat diberikan 1 cc xylocain 2% yang tidak mengandung adrenalin pada suntikan IM. 2. Dosis ulangan : diberikan 4 gram intramuskuler 40%
setelah 6 jam pemberian dosis awal lalu dosis
ulangan diberikan 4 gram IM setiap 6 jam dimana
pemberian MgSO4 tidak melebihi 2-3 hari. 3. Syarat-syarat pemberian MgSO4 Tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium gluconas
10%, 1 gram (10% dalam 10 cc) diberikan intravenous
dalam 3 menit.
Refleks patella positif kuat
Frekuensi pernapasan lebih 16 kali per menit.
Produksi urin lebih 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5 cc/kgBB/jam). 4. MgSO4 dihentikan bila 7) Ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot,
hipotensi, refleks fisiologis menurun, fungsi jantung
terganggu, depresi SSP, kelumpuhan dan selanjutnya
dapat menyebabkan kematian karena kelumpuhan
otot-otot pernapasan karena ada serum 10 U
magnesium pada dosis adekuat adalah 4-7 mEq/liter. Refleks fisiologis menghilang pada kadar 8-10 mEq/
liter. Kadar 12-15 mEq terjadi kelumpuhan otot-otot
pernapasan dan lebih 15 mEq/liter terjadi kematian
jantung.
Bila timbul tanda-tanda keracunan magnesium sulfat - Hentikan pemberian magnesium sulfat
- Berikan calcium gluconase 10% 1 gram (10% dalam
10 cc) secara IV dalam waktu 3 menit.
- Berikan oksigen.
- Lakukan pernapasan buatan. Magnesium sulfat dihentikan juga bila setelah 4 jam
pasca persalinan sudah terjadi perbaikan
(normotensif). Pengobatan Obstetrik
Cara Terminasi Kehamilan yang Belum Inpartu 1. Induksi persalinan : tetesan oksitosin dengan syarat
nilai Bishop 5 atau lebih dan dengan fetal heart
monitoring. 2. Seksio sesaria bila : Fetal assesment jelek
Syarat tetesan oksitosin tidak dipenuhi (nilai Bishop
kurang dari 5) atau adanya kontraindikasi tetesan
oksitosin.
12 jam setelah dimulainya tetesan oksitosin belum
masuk fase aktif. Pada primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan terminasi dengan seksio sesaria. Cara Terminasi Kehamilan yang Sudah Inpartu
Kala I 1. Fase laten : 6 jam belum masuk fase aktif maka
dilakukan seksio sesaria. 2. Fase aktif : Amniotomi saja Bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi
pembukaan lengkap maka dilakukan seksio sesaria
(bila perlu dilakukan tetesan oksitosin). Kala II Pada persalinan per vaginam maka kala II
diselesaikan dengan partus buatan. Amniotomi dan
tetesan oksitosin dilakukan sekurang-kurangnya 3
menit setelah pemberian pengobatan medisinal. Pada
kehamilan 32 minggu atau kurang; bila keadaan
memungkinkan, terminasi ditunda 2 kali 24 jam untuk memberikan kortikosteroid. Perawatan Konservatif 1. Indikasi : Bila kehamilan preterm kurang 37 minggu
tanpa disertai tanda-tanda inpending eklampsia
dengan keadaan janin baik. 2. Pengobatan medisinal : Sama dengan perawatan
medisinal pada pengelolaan aktif. Hanya loading dose
MgSO4 tidak diberikan intravenous, cukup
intramuskuler saja dimana 4 gram pada bokong kiri
dan 4 gram pada bokong kanan. 3. Pengobatan obstetri : Selama perawatan konservatif : observasi dan
evaluasi sama seperti perawatan aktif hanya disini
tidak dilakukan terminasi. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-
tanda pre eklampsia ringan, selambat-lambatnya
dalam 24 jam.
Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka
dianggap pengobatan medisinal gagal dan harus
diterminasi. Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka
diberi lebih dahulu MgSO4 20% 2 gram intravenous. 4. Penderita dipulangkan bila : Penderita kembali ke gejala-gejala / tanda-tanda pre
eklampsia ringan dan telah dirawat selama 3 hari.
Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan pre
eklampsia ringan : penderita dapat dipulangkan dan
dirawat sebagai pre eklampsia ringan (diperkirakan
lama perawatan 1-2 minggu).
Masalah-masalah pada bayi baru lahir May 4, 2008 @ 3:07 am › scabimanyu ↓ Leave a comment BAYI Prematur Umumnya bayi yang lahir prematur baru diizinkan
pulang bila berat badannya telah mencapai 2.000 g.
Atau setidaknya sudah terjadi kecenderungan
peningkatan berat badan yang stabil dalam 2 –3 kali pemantauan. Tubuh bayi juga telah memiliki
pengaturan suhu yang baik. Nah, saat membawa si kecil yang lahir prematur
pulang ke rumah, ada beberapa hal yang perlu
dipersiapkan: 1. Menjelang kepulangan, yakinlah bahwa Anda dan
pasangan mampu merawat bayi prematur di rumah.
Keyakinan orangtua akan “menular” kepada bayi sehingga ia akan lebih nyaman dan tenang. 2. Konsultasikan kondisi bayi pada dokter, termasuk
tindakan yang harus dilakukan dalam keadaan
darurat. Tanyakan juga tentang perlu tidaknya boks
khusus untuk si kecil yang lahir belum cukup bulan ini.
Boks yang menyerupai inkubator ini berfungsi
sebagai penghangat mengingat bayi prematur umumnya belum memiliki pengaturan suhu tubuh
yang baik sehingga mudah kedinginan. Boks ini juga
bisa dibuat sendiri. Caranya pada keempat sisi bagian
bawah boks dipasangi lampu berkekuatan 60-100
watt. Dapat juga disediakan lampu belajar (100 watt)
yang diletakkan di samping atau bawah boks. 3. Untuk alat kesehatan, yang wajib disediakan adalah
termometer. Berguna untuk mengukur suhu tubuh
bayi sewaktu-waktu bila diperlukan. Suhu ideal bayi
berkisar antara 36,5-37,5 ˚ C. 4. Pakaikan baju lengan panjang dan selimut pada
bayi. Setelah bayi dipakaikan baju lengan panjang,
sarung tangan, sarung kaki dan topi, selimuti ia
sehingga merasa nyaman serta hangat dan siap
dibawa pulang. 5. Jaga suhu ruangan agar tetap stabil. Jika kamar
bayi menggunakan penyejuk ruangan, setel suhunya
tidak terlalu dingin sekitar 23°. Bila perlu matikan AC.
Selama ruangan memiliki sirkulasi udara yang baik,
bayi akan mendapatkan suhu yang nyaman dan
stabil. 6. Jaga suhu tubuhnya. Ingat, pengaturan suhu tubuh
bayi prematur belum baik. Jaga suhu tubuhnya agar
stabil. Kenakan padanya tutup kepala terutama pada
malam hari, karena bagian kepala paling mudah
kehilangan panas tubuh. Tambahkan sarung tangan
dan kaki, bila dirasa perlu. Cara lain untuk menghangatkan tubuh bayi prematur adalah dengan
metode kangguru. Gendong bayi yang dalam keadaan
tanpa busana ke dada ibu. Buka kancing kemeja yang
ibu kenakan, dekap bayi di dada ibu lalu selimuti bayi
dengan kemeja tersebut. Kulit bayi yang bersentuhan
dengan kulit ibu, selain akan membuatnya merasa nyaman juga sekaligus menghangatkannya. 7. Ibu lebih sering menyusui. Semakin sering bayi
diberi ASI semakin baik. Kemampuan minum dan
daya tampung perutnya belumlah terlalu banyak.
Untuk itu, berikan minum sedikit demi sedikit tapi
sesering mungkin. 8. Cucilah tangan dan gunakan masker. Bayi prematur
rentan terhadap infeksi. Untuk itu, batasi penjenguk
dan mintalah mereka mencuci tangan terlebih dahulu
dan menggunakan masker sebelum melihat bayi. 9. Patuhi petunjuk dokter perihal waktu kunjungan.
Patuhi kontrol rutin yang sudah dijadwalkan dan ikuti
petunjuk dokter agar kesehatan si kecil lebih terjaga. 10. Boleh dimandikan. Bayi prematur tidak dilarang
untuk dimandikan. Namun sebelumnya, cermati dulu
suhu tubuhnya, jangan sampai kurang dari 36,5° C.
Mandikan ia 2 kali sehari dengan air hangat. Bayi KUNING Kuning (karena tingginya kadar bilirubin) pada bayi
umumnya timbul pada hari keempat dan berakhir
pada usia bayi 2 minggu. Untuk itu ada beberapa hal
yang tak boleh luput dari perhatian, seperti: 1. Patuhi jadwal kunjungan ke dokter berikutnya. Bila
kadar bilirubin tidak terlalu tinggi (< 10) umumnya
bayi diperkenankan untuk pulang ke rumah. Namun,
biasanya 3 hari setelah kepulangannya dari rumah
sakit, bayi diminta kembali ke dokter/rumah sakit
untuk dikontrol kadar bilirubinnya. Ini dimaksudkan bila terjadi peningkatan bilirubin yang tinggi dapat
segera dilakukan tindakan. Patuhi jadwal tersebut. 2. Cermati kondisi bayi. Jika ada tanda-tanda bayi
tidak aktif, seperti tidur terus dan malas menetek
segera bawa ia ke rumah sakit. Ini dapat dijadikan
tanda bahwa telah terjadi peningkatan kadar bilirubin
yang berisiko memicu kejang pada bayi. Cara lain
yang paling mudah untuk mengamati peningkatan bilirubin adalah melalui bola mata dan kulit bayi yang
terlihat menguning. 3. Berikan ASI sebanyak mungkin. Banyak minum ASI
dapat membantu menurunkan kadar bilirubin karena
bilirubin dapat dikeluarkan melalui air kencing dan
kotoran bayi. 4. Jemur bayi di matahari pagi. Menjemur bayi tanpa
busana di bawah sinar matahari pagi antara (pukul
07.30–08.30) dapat membantu memecah bilirubin dalam darah. Lindungi mata bayi dari sorot sinar
mentari langsung. BAYI Berat Badan LAHIR RENDAH (BBLR) Bayi BBLR umumnya mengalami pertumbuhan yang
terhambat selama dalam kandungan. Untuk itulah ia
mesti mengejar keterting- galan pertumbuhannya
“di luar”. Hal-hal di bawah ini perlu diperhatikan sebelum membawanya pulang dari rumah sakit. 1. Tanyakan kondisi bayi kepada dokter. Catatlah hal- hal yang harus dilakukan dan dicermati selama bayi
di rumah. Jangan lupa meminta salinan riwayat
kesehatan bayi selama di rumah sakit. Data ini pasti
bermanfaat dalam keadaan darurat. 2. Sering menyusui. Sama dengan bayi prematur, kapasitas perut bayi BBLR masih terbatas lantaran itu
berikan ASI sedikit demi sedikit namun sesering
mungkin. 3. Perhatikan kebersihan. Jaga kebersihan tubuh bayi setiap hari karena ia masih rentan terhadap infeksi,
terutama kebersihan mata, hidung, telinga, dan
kemaluannya. 4. Jagalah bayi agar nyaman. Bila bayi menangis, cari tahu penyebabnya. Apakah karena kedinginan,
kepanasan, atau kelaparan? Agar tetap hangat, tak
ada salahnya si kecil menggunakan topi, sarung
tangan dan kaki ketika tidur di malam hari. 5. Bila harus menggunakan sonde. Umumnya bayi BBLR masih harus menggunakan sonde saat
memperoleh asupan. Tanyakan cara-caranya kepada
petugas sebelum pulang dari rumah sakit. Perhatikan
pula cara membersihkan peralatan yang digunakan.
Ingat baik-baik kapan peralatan tersebut mesti diganti
(umumnya 2 minggu sekali). Bayi Berat Lahir BESAR (BBLB) Yang dimaksud dengan bayi berat lahir besar (BBLB)
adalah bayi yang pada saat lahir memiliki bobot lebih
dari 4.000 gram. Apa saja yang mesti diwaspadai
sebelum membawanya pulang ke rumah: 1. Pemeriksaan kadar gula darah saat dilahirkan. Pemeriksaan ini khusus dilakukan pada bayi dengan
berat lahir lebih dari 4 kg dan dilahirkan dari ibu
penderita diabetes. Tujuan agar kadar gula darah bayi
tidak drop begitu lahir akibat terhentinya suplai
makanan dari plasenta. Jika kadar gula pada bayi
memang rendah, ia akan diberi cairan yang mengandung kadar gula tertentu. Umumnya dalam
waktu 24 jam kondisinya akan kembali normal. 2. Cermati ruam pada kulit. Pada badan bayi yang gemuk umumnya ada lipatan pada paha dan
tangannya. Penting mencermati kondisi kulit di sekitar
lipatan-lipatan tersebut agar tak terjadi ruam. Utami Sri Rahayu. Foto: Ferdi/nakita Narasumber: dr. Satyawati, Sp.A., dari RS Azra, Bogor Categories Categories: : Baby Baby , , Illnesses Illnesses Tags Tags: : Source Source: : http http: :/ // /www www . .tabloid tabloid- -nakita nakita . .com com/ / artikel artikel . .php php3 3? ?edis edis
Keluarga Terbesar di Dunia, Punya 39 Istri 94
Anak dan 33 Cucu BeritaUnik.net – Inilah Keluarga Terbesar di Dunia, Punya 39 Istri 94 Anak dan 33 Cucu – Keluarga ini tinggal di sebuah rumah dengan jumlah kamar 100,
mengingat banyaknya jumlah istri hingga 39 orang
merekapun harus bergantian berbagi tempat tidur,
dan Anda mungkin kaget dalam sehari untuk makan
mereka harus menyediakan 30 ekor ayam 489
kilogram beras dan 295 kilogram kentang , wah betapa repotnya bukan Keluarga besar ini tinggal di perbukitan Baktwang
negara bagian Mizoram India sebelah Timur
berbatasan dengan Burma. Adalah Ziona Chana nama
kepala keluarga yang beristri cukup banyak ini
merupakan kepala sekte agama setempat hingga
memungkinkan dirinya untuk berpoligami sebanyak mungkin. Maka bila keluarga ini kumpul semua mencapai 181
orang jumlah yang luar biasa untuk sebuah keluarga.
Selain diantara 94 anaknya beberapa sudah
berkeluarga sehingga dalam keluarga ini pun
mencakup 14 menantu yang turut didalamnya.
Beberapa istrinya memberikan pengakuan saat ditanya wartawan peliput berita, mereka hidup
bahagia saling cinta pengertian dan gotong royong
dalam keseharian. Seperti dikutip BeritaUnik.net dari Daily Mail
mengungkapkan jumlah anggota sekte yang dipimpin
Chana berjumlah 4000 orang dan Chana sudah
mengatakan bahwa dirinya terus akan menambah
jumlah istri, terutama menikahi perempuan yang
miskin di desa pelosok untuk membantu mereka secara ekonomi. Inilah keadaan kamar tidur para istri Chana, mereka
harus bergantian untuk tidur Inilah keluarga besar Chana berjumlah 181 orang
sumber: http://www.beritaunik.net/unik-aneh/...n-33-
cucu.html black366
Ketuban Pecah Dini 7 October 2010 | Artikel | 0 Comments Ketuban pecah dini atau yang sering disebut dengan KPD adalah ketuban pecah spontan tanpa diikuti tanda-tanda persalinan, ketuban pecah sebelum pembukaan 3 cm (primigravida) atau sebelum 5 cm (multigravida). KPD sering kali menimbulkan konsekuensi yang dapat menimbulkan kesakitan dan kematian pada ibu maupun bayi terutama kematian pada bayi yang cukup tinggi. Kematian bayi yang cukup tinggi ini antara lain disebabkan karena kematian akibat kurang bulan, dan kejadian infeksi yang meningkat karena partus tak maju, partus lama, dsb. Ada 2 komplikasi yang sering terjadi pada KPD, yaitu : Pertama, infeksi, karena ketuban yang utuh merupakan barier atau penghalang terhadap masuknya penyebab infeksi. Dengan tidak adanya selaput ketuban seperti pada KPD, flora vagina yang normal ada bisa menjadi patogen yang akan membahayakan baik pada ibu maupun pada janinnya.
Oleh karena itu membutuhkan pengelolaan yang agresif seperti diinduksi untuk mempercepat persalinan dengan maksud untuk mengurangi kemungkinan resiko terjadinya infeksi ; Kedua, adalah kurang bulan atau prematuritas, karena KPD sering terjadi pada kehamilan kurang bulan. Masalah yang sering timbul pada bayi yang kurang bulan adalah gejala sesak nafas atau Respiratory Distress Syndrom (RDS) yang disebabkan karena belum masaknya paru. Kemungkinan yang menjadi faktor penyebab adalah: v Infeksi.
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD. v Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curetage). v Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion, gemelli. Trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagai faktor predisisi atau penyebab terjadinya KPD. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun amnosintesis menyebabakan terjadinya KPD karena biasanya disertai infeksi. v Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah. v Keadaan sosial ekonomi. Faktor lain a. Faktor golonngan darah Akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai
dapat menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jarinngan kulit ketuban. b. Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu. c. Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum. d. Defisiesnsi gizi dari tembaga atau asam askorbat (Vitamin C). Ketuban pecah dini ternasuk dalam kehamilan beresiko tinggi. Kesalahan dalam mengelola KPD akan
membawa akibat meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas ibu maupun bayi. Penatalaksaan KPD masih dilema bagi sebagian besar ahli kebidanan, selama masih beberapa masalah yang masih belum terjawab. Kasus KPD yang cukup bulan, kalau segera mengakhiri kehamilan akan menaikkan insidensi bedah sesar, dan kalau menunggu persalinan spontan akan menaikkan insidensi chorioamnionitis. Kasus KPD yang kurang bulan kalau menempuh cara-cara aktif harus dipastikan bahwa tidak akan terjadi RDS, dan kalau menempuh cara konservatif dengan maksud untuk memberi waktu pematangan paru, harus bisa memantau keadaan janin dan infeksi yang akan memperjelek prognosis janin. Penatalaksanaan KPD tergantung pada umur kehamilan. Kalau umur kehamilan tidak diuketahui secara pasti segera dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk mengetahui umur kehamilan dan letak janin. Resiko yang lebih sering pada KPD dengan janin kurang bulan adalah RDS dibandingkan dengan sepsis. Oleh karena itu pada kehamilan kurang bulan perlu evaluasi hati-hati untuk menentukan waktu yang optimal untuk persalinan. Pada umur kehamilan 34 minggu atau lebih biasanya paru-paru sudah matang, chorioamnionitis yang diikuti dengan sepsis pada janin merupakan sebab utama meningginya morbiditas dan mortalitas janin. Pada kehamilan cukup bulan, infeksi janin langsung berhubungan dengan lama pecahnya selaput ketuban. Kebanyakan para ahli mengambil 2 faktor yang harus dipertimbangkan dalam mengambil sikap atau tindakan terhadap penderita KPD yaitu umur kehamilan dan ada tidaknya tanda-tanda infeksi pada ibu. Penatalaksanaan KPD pada kehamilan aterm (> 37 Minggu) Pada hakekatnya kulit ketuban yang pecah akan menginduksi persalinan dengan sendirinya. Sekitar 70-80 % krhamilan genap bulan akan melahirkan dalam waktu 24 jam setelah kulit ketuban pecah, bila dalam 24 jam setelah kulit ketuban pecah belum ada tanda-tanda persalinan maka dilakukan induksi persalinan, dan bila gagal dilakukan bedah caesar. Pemberian antibiotik profilaksis dapat menurunkan infeksi pada ibu. Walaupun antibiotik tidak bermanfaat terhadap janin dalam uterus namun pencegahan terhadap chorioamninitis lebih penting dari pada pengobatanya sehingga pemberian antibiotik profilaksis perlu dilakukan. Waktu pemberian antibiotik diberikan segera setelah diagnosis KPD ditegakan dengan pertimbangan : tujuan profilaksis, lebih dari 6 jam kemungkinan infeksi telah terjadi, proses persalinan umumnya berlangsung lebih dari 6 jam. Beberapa meyarankan bersikap aktif (induksi persalinan) segera diberikan atau ditunggu samapai 6-8 jam dengan alasan penderita akan menjadi inpartu dengan sendirinya. Dengan mempersingkat periode laten durasi KPD dapat diperpendek sehingga resiko infeksi dan trauma obstetrik karena partus tindakan dapat dikurangi. Pelaksanaan induksi persalinan perlu pengawasan yang sangat ketat terhadap keadaan janin, ibu dan jalannya proses persalinan berhubungan dengan komplikasinya. Pengawasan yang kurang baik dapat menimbulkan komplikasi yang fatal bagi bayi dan ibunya (his yang terlalu kuat) atau proses persalinan menjadi semakin kepanjangan (his kurang kuat). Penatalaksanaan KPD pada kehamilan preterm (< 37 minggu) Pada kasus-kasus KPD dengan umur kehamilan yang kurang bulan tidak dijumpai tanda-tanda infeksi pengelolaanya bersifat koservatif disertai pemberian antibiotik yang adekuat sebagai profilaksis. Penderita perlu dirawat di rumah sakit, ditidurkan dalam posisi trendelenberg, tidak perlu dilakukan pemeriksaan dalam untuk mencegah terjadinya infeksi dan kehamilan diusahakan bisa mencapai 37 minggu, obat-obatan uteronelaksen atau tocolitic agent diberikan juga tujuan menunda proses persalinan. Tujuan dari pengelolaan konservatif dengan pemberian kortikosteroid pada penderita KPD kehamilan kurang bulan adalah agar tercapainya pematangan paru, jika selama menunggu atau melakukan pengelolaan konservatif tersebut muncul tanda-tanda infeksi, maka segera dilakukan induksi persalinan tanpa memandang umur kehamilan. Induksi persalinan sebagai usaha agar persalinan mulai berlangsung dengan jalan merangsang timbulnya his ternyata dapat menimbulakan komplikasi-komplikasi yang kadang-kadang tidak ringan. Komplikasi-kompliksai yang dapat terjadi gawat janin sampai mati, tetani uteri, ruptura uteri, emboli air ketuban, dan juga mungkin terjadi intoksikasi.
Kegagalan dari induksi persalinan biasanya diselesaikan dengan tindakan bedah sesar. Seperti halnya pada pengelolaan KPD yang cukup bulan, tidakan bedah sesar hendaknya dikerjakan bukan semata-mata karena infeksi intrauterin tetapi seyogyanya ada indikasi obstetrik yang lain, misalnya kelainan letak, gawat janin, partus tak maju, dll. Selain komplikasi-kompilkasi yang dapat terjadi akibat tindakan aktif. Pengelolaan konservatif juga dapat menyebabakan komplikasi yang berbahaya, maka perlu dilakukan pengawasan yang ketat. Sehingga dikatakan pengolahan konservatif adalah menunggu dengan penuh kewaspadaan terhadap kemungkinan infeksi intrauterin. Sikap konservatif meliputi pemeriksaan leokosit darah tepi setiap hari, pemeriksaan tanda-tanda vital terutama temperatur setiap 4 jam, pengawasan denyut jantung janin, pemberian antibiotik mulai saat diagnosis ditegakkan dan selanjutnya setiap 6 jam.
Pemberian kortikosteroid antenatal pada preterm KPD
telah dilaporkan secara pasti dapat menurunkan kejadian RDS. The National Institutes of Health (NIH) telah merekomendasikan penggunaan kortikosteroid pada preterm KPD pada kehamilan 30-32 minggu yang tidak ada infeksi intramanion. Sedian terdiri atas betametason 2 dosis masing-masing 12 mg i.m tiap 24
jam atau dexametason 4 dosis masing-masing 6 mg tiap 12 jam. (Yuyun Triani, S.ST)
Pengertian
Ketuban Pecah Dini ialah pecahnya ketuban secara spontan I jam atau lebih sebelum terjadinya persalinan (Oxorn,2003).
Ketuban Pecah Dini adalah keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu sebelum proses persalinan berlangsung (Saifudin, 2001).
Penyebab KPD
Penyebab ketuban pecah dini masih belum diketahui dengan pasti kemungkinan yang menjadi faktor predisposisi adalah (Manuaba, 2001)
1) Servik incompetent
2) Ketegangan rahim berlebihan : kehamilan ganda, hidramnion
3) Kelainan letak dalam rahim: letak sungsang, letak lintang
4) Kemungkinan kesempitan panggul: bagian terendah belum masuk PAP, sefalopelvik disproforsi
3) Kelainan bawaan dari selaput ketuban
4) Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
Diagnosis KPD (Saefudin, 2002)
1) Gejala: keluarnya cairan ketuban , ketuban pecah tiba tiba, bau cairan yang khas. Jika keluarnya cairan ketuban sedikit-sedikit, tampung cairan yang keluar dan nilai 1 jam kemudian.
2) Dengan spekulum DTT, lakukan pemeriksaan inspekulo. Nilai apakah cairan keluar melalui ostium uteri atau terkumpul di forniks posterior
3) Jangan lakukan pemeriksaan dalam dengan jari, karena tidak membantu diagnosis dan dapat mengundang infeksi
4) Jika mungkin lakukan:
a) Test lakmus (test nitrazin). Jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya cairan ketuban (allkalis). Darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang positif palsu.
b) Test Pakis, dengan meneteskan cairan ketuban pada obyek gelas dan biarkan kering. Pemeriksaan mikroskopis menujukkan kristal cairan amnion dan gambaran daun pakis

Pengaruh ketuban pecah dini pada ibu dan janin :
1) Pengaruh terhadap janin
Pecahnya selaput ketuban sebelum aterm merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas perinatal. Mortalitas pada bayi preterm adalah 30% (Oxorn, 2003).
Pecahnya selaput ketuban menyebabkan terbukanya hubungan intra uterin dengan ekstra uterin, dengan demikian mikroorganisme dengan mudah masuk dan menimbulkan infeksi intra partum apabila ibu sering diperiksa dalam, infeksi puerpualis, peritonitis dan sepsis (Mochtar, 2003).
Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan ruangan dalam rahim, sehingga memudahkan terjadinya infeksi asenden. Makin lama periode laten makin makin besar kemungkinan infeksi dalam rahim,,persalinan prematuritas dan selanjutnya meningkatkan kejadian kasakitan dan kematian janin dalam rahim. (Manuaba,2001)
Ketuban pecah pada kondisi kepala janin belum masuk panggul mengikuti aliran air ketuban, akan terjepit antara kepala dan dinding panggul, keadaan sangat berbahaya bagi janin. Dalam waktu singkat janin akan mengalami hipoksia hingga kematian janin dalam kandungan (IUFD). Pada kondisi ini biasanya kehamilan segera diterminasi. Bayi yang dilahirkan jauh sebelum aterm merupakan calon untuk terjadinya repiratory distress sindroma (RDS). Hipoksia dan asidosis berat yang terjadi sebagai akibat pertukaran oksigen dan karbondioksida alveoli-kapiler tidak adekuat, terbukti berdampak sangat fatal pada bayi. Selain itu, beberapa bayi yang mampu hidup setelah distress nafas yang berat dapat menderita gangguan pertumbuhan dan perkembangan (Asih, 1995) Pada KPD preterm dengan penanganan konservatif, biasanya disertai dengan pemberian terapi kortikostiroid untuk mempercepat maturasi paru janin. pemberian kortikostiroid dapat menimbulkan efek samping berupa penurunan kekebalan pada bayi, dengan demikian akan mengakibatkan risiko infeksi bayi baru lahir (Cunningham dkk,2007).
Pada induksi persalinan kontraksi otot rahim yang berlebihan dapat menimbulkan asfiksia janin (Manuaba,2001).
Pada bayi yang lahir dengan proses persalinan seksio caesaria terjadi asfiksia karena tekanan langsung pada kepala menekan pusat-pusat vital pada medula oblongata, terjadi aspirasi air ketuban, meconeum, cairan lambung dan karena perdarahan atau odema jaringan saraf pusat dan juga dapat menyebabkan sepsis yang dapat menyebabkan kematian janin
2) Pengaruh terhadap ibu
Beberapa penelitian telah dilaporkan peningkatan kejadian korioamnionitis pada KPD berkisar 10 - 40%. Korioamnionitis terjadi lebih sering pada wanita dengan KPD preterm dibandingkan KPD aterm (26% preterm berbanding 6,7% term). (Medlinux,2007
Pecahnya selaput ketuban menyebabkan terbukanya hubungan intra uterin dengan ekstra uterin, dengan demikian mikroorganisme dengan mudah masuk dan menimbulkan infeksi intra partum apabila ibu sering diperiksa dalam, infeksi puerpualis, peritonitis dan sepsis (Mochtar, 2003)
KPD yang diakhiri dengan persalinan spontan sering terjadi partus lama, atonia uteri dan perdarahn post partum. Pada ibu yang menjalani terapi konservatif, sering merasa lelah dan bosan berbaring di tempat tidur, gangguan emosi berupa kecemasan dan kesedihan. Informasi dan dukungan dari petugas kesehatan, keluarga terutama suami akan sangat membantu ibu menjaga kestabilan emosinya.

e. Penanganan ketuban pecah dini
Di Indonesia penanganan pada tiap rumah sakit bervariasi. Pada tahun 2002 secara nasional telah disusun buku Panduan praktis pelayanan kesehatan maternal neonatal. Panduan penanganan KPD yang telah dirumuskan dalam buku ini adalah
1) Penanganan umum
a) Konfirmasi usia kehamilan, kalau ada dengan USG
b) Lakukan pemeriksaan inspekulo (dengan spekulum DTT), untuk menilai cairan yang keluar (jumlah, warna, bau)
c) Tentukan ada tidaknya infeksi
d) Tentukan tanda-tanda infeksi
e) Tentukan tanda-tanda inpartu
f) Lakukan tes lakmus (tes nitrasin). Lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya cairan ketuban (alkalis)
2) Penanganan khusus
a) Rawat di rumah sakit
b) Jika ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika
c) Jika tidak ada infeksi dan kehamilan <37> 37 minggu
(1) Ketuban telah pecah >18 jam, berikan antibiotika profilaksis, ampisilin 2 gr I.V. setiap 6 jam sampai persalinan
(2) Nilai servik, jika servik matang lakukan induksi dengan oksitosin
3. Jika terdapat infeksi (amniotis)
(1) Berikan antibiotika kombinasi sampai persalinan ampilsilin 2 g I.V. Setiap 6 jam ditambah gentamisin 5mg/ kg BB I.V. setiap 24 jam
(2) Nilai serviks, jika serviks matang lakukan induksi pesalinan
(3) Jika ada sepsis bayi baru lahir, lakukan kultur dan berikan antibiotika
5 Masalah Umum Dialami Bayi Baru Lahir VIVAnews – Banyak hal yang bisa dialami bayi baru lahir. Tak mengherankan jika sebagian hal dialami bayi membuat panik orangtua. Masalahnya, mulai dari
bayi kuning, bayi menangis terus menerus dan infeksi tali pusat. Namun sebenarnya, masalah-masalah tersebut wajar dialami bayi baru lahir, dan bisa hilang dengan sendirinya. Agar tidak langsung panik, Anda perlu tahu cara tepat menangani masalah-masalah yang umum terjadi pada bayi baru lahir. Berikut tipsnya, seperti dikutip dari laman Methodsofhealing.com: 1. Kulit Bayi Kuning Biasanya, bayi baru lahir menderita penyakit kuning, karena mereka memiliki terlalu banyak bilirubin dalam darah. Bilirubin adalah pigmen kuning yang dihasilkan oleh pemecahan hemoglobin (Hb) di dalam hati (liver). Masalah ini menyebabkan bayi menguning di bagian mata dan kulit. Kondisi ini termasuk masalah umum, yang mempengaruhi hampir 80 persen bayi baru lahir, selama minggu pertama hidup mereka. Masalah ini menyebabkan menguning di bagian mata dan kulit. Biasanya hari ketiga atau keempat kuning pada bayi masih tampak jelas terlihat dan reda hari ketujuh atau kesepuluh. Penyakit ini tidak berbahaya. Untuk menanganinya, bayi hanya perlu dijemur di bawah terik matahari pagi secara rutin. Paparan sinar dan memberikan ASI terus menerus juga menjadi pengobatan sederhana, yang bisa membantu ekskresi bilirubin melalui urin. Namun jika bilirubin tinggi, bayi mungkin perlu pengobatan khusus seperti fototerapi. 2. Infeksi tali pusat Saat masih di dalam rahim ibu, tali pusat bermanfaat menyediakan makanan bayi dan oksigen selama di dalam rahim. Setelah lahir, bayi tidak tergantung pada tali pusat sebagai penyalur makanannya. Saat lahir, tali ini akan dipotong. Namun, perawatan tali pusat setelah dipotong harus dilakukan dengan hati-hati, karena area ini harus selalu bersih dan kering agar tidak terjadi infeksi. Jangan tutupi dengan kain, popok atau bahkan mengaplikasikan bedak untuk mengeringkannya. Potongan tali pusat akan mengerut, kering dan rontok dalam waktu kurang dari sebulan. 3. Bayi menangis terus menerus Kolik atau bayi menangis selama berjam-jam hal yang
wajar bagi bayi baru lahir. Hal ini terjadi karena bayi menelan udara saat mengambil napas. Udara ini lolos dari perut ke usus menyebabkan rasa sakit dan ketidaknyamanan. Kondisi ini hanya sementara. Jangan memberikan obat apapun, hingga bayi bersendawa. Bersendawa akan membawa udara yang tertelan dan
memberikan rasa lega pada bayi. Dan jangan panik jika bayi sering bersendawa atau cegukan setelah mengonsumsi ASI. Kondisi ini akan normal setelah bayi berusia tiga bulan. 4. Mata sulit dibuka Kebanyakan bayi akan sulit membuka mata setelah lahir. Bahkan sering terlihat kotoran kental kekuningan dari mata. Hal ini terutama disebabkan oleh penyumbatan saluran air mata. Membersihkannya dengan hati-hati bisa membantunya membuka mata lebar. Tapi gunakan kapas steril yang sudah direndam air mendidih dan dihangatkan untuk menghindari infeksi. Perlu diingat, jangan pernah mencampur kapas mata dengan kapas pembersih kotoran bayi. 5. Muntah Muntah atau gumoh untuk sebutan pada bayi baru lahir lumrah terjadi ketika bayi mengalami kelebihan lendir di perut. Jika si kecil sering mengalami hal ini, cobalah memberinya makan dalam porsi kecil, namun
sering, dan membiarkan bayi bersendawa setelah minum ASI. Cara ini bisa membantunya lebih lega. Jika bayi mengalami demam dan muntah berulang kali, segera membawanya ke dokter. Anda juga harus memperhatikan, jangan sampai bayi mengalami dehidrasi. Berikan asupan cairan yang cukup. Selain muntah atau gumoh, bayi juga kerap berketombe. Ketombe pada bayi biasa dikenal dengan sebutan ‘cap cradle’. Biasanya berupa serpih kekuningan atau putih dan berkerak pada kulit kepala yang sulit untuk dihilangkan. Anda tidak perlu khawatir, karena kondisi ini tidak berbahaya. Jangan membatasi penggunaan minyak dan mencuci rambut bayi. Kondisi ‘cradle cap’ akan mereda dengan sendirinya seiring pertumbuhan bayi.
ASUHAN KEBIDANAN PADA KLIEN
DENGAN PRE EKLAMSIA RINGAN April 26, 2010 @ 4:37 am › firmanpharos ↓ Tinggalkan komentar TINJAUAN PUSTAKA KEHAMILAN PRE EKLAMSIA
RINGAN A. Definisi
Pre-eklamsi dan eklamsi, merupakan kesatuan
penyakit, yakni yang langsung disebabkan oleh
kehamilan, walaupun belum jelas bagaimana hal
itu terjadi. Pre eklamasi diikuti dengan timbulnya
hipertensi disertai protein urin dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu
atau segera setelah persalinan (Ilmu Kebidanan
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Fak.
UI Jakarta, 1998).
Diagnosis pre-eklamsia ditegakkan berdasarkan
adanya dua dari tiga gejala, yaitu penambahan berat badan yang berlebihan, edema, hipertensi
dan proteinuria. Penambahan berat badan yang
berlebihan bila terjadi kenaikan 1 Kg seminggu
berapa kali. Edema terlihat sebagai peningkatan
berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan,
dan muka. Tekanan darah > 140/90 mmHg atau tekanan sistolik meningkat >30 mmHg atau
tekanan diastolik >15 mmHg yang diukur setelah
pasien beristirahat selama 30 menit.(Kapita
Selekta Kedokteran, Mansjoer Arif, Media
Aesculapius, Jakarta, 2000). B. Etiologi
Penyebab pre-eklamsi belum diketahui secara
pasti, banyak teori yang coba dikemukakan para
ahli untuk menerangkan penyebab, namun
belum ada jawaban yang memuaskan. Teori
yang sekarang dipakai adalah teori Iskhemik plasenta. Namun teori ini juga belum mampu
menerangkan semua hal yang berhubungan
dengan penyakit ini. (Ilmu Kebidanan Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Fak. UI
Jakarta, 1998). C. Klasifikasi Pre-eklamsi
Pre-eklamsia digolongkan menjadi 2 golongan :
Pre-eklamsia ringan : kenaikan tekanan darah
diastolik 15 mmHg atau >90 mmHg dengan 2 kali
pengukuran berjarak 1jam atau tekanan diastolik
sampai 110mmHg. : kenaikan tekanan darah sistolik 30 mmHg atau
> atau mencapai 140 mmHg.
: protein urin positif 1, edema umum, kaki, jari
tangan dan muka. Kenaikan BB > 1Kg/mgg.
Pre-eklampsia berat : tekanan diastolik >110
mmhg : protein urin positif 3, oliguria (urine, 5gr/L).
hiperlefleksia, gangguan penglihatan, nyeri
epigastrik, terdapat edema dan sianosis, nyeri
kepala, gangguan kesadaran. D. Patologi
Pre-eklamsi ringan jarang sekali menyebabkan
kematian ibu. Oleh karena itu, sebagian besar
pemeriksaaan anatomik patologik berasal dari
penderita eklampsi yang meninggal. Pada
penyelidikan akhir-akhir ini dengan biopsi hati dan ginjal ternyata bahwa perubahan anatomi-
patologik pada alat-alat itu pada pre-eklamsi
tidak banyak berbeda dari pada ditemukakan
pada eklamsi. Perlu dikemukakan disini bahwa
tidak ada perubahan histopatologik khas pada
pre-eklamsi dan eklamsi. Perdarahan, infark, nerkosis ditemukan dalam berbagai alat tubuh.
Perubahan tersebut mungkin sekali disebabkan
oleh vasospasmus arteriola. Penimbunan fibrin
dalam pembuluh darah merupakan faktor
penting juga dalam patogenesis kelainan-
kelainan tersebut. E. Perubahan-perubahan pada organ :
1. Perubahan hati
- Perdarahan yang tidak teratur
- Terjadi nekrosis, trombosis pada lobus hati
- Rasa nyeri di epigastrium karena perdarahan
subkapsuler 2. Retina
- Spasme areriol, edema sekitar diskus optikus
- Ablasio retina (lepasnya retina)
- Menyebabkan penglihatan kabur
3. Otak
- Spasme pembuluh darah arteriol otak menyebabkan anemia jaringan otak, perdarahan
dan nekrosis
- Menimbulkan nyeri kepala yang berat
4. Paru-paru
- Berbagai tingkat edema
- Bronkopnemonia sampai abses Menimbulkan sesak nafas sampai sianosis
5. Jantung
- Perubahan degenerasi lemak dan edema
- Perdarahan sub-endokardial
- Menimbulkan dekompensasio kordis sampai
terhentinya fungsi jantung 6. Aliran darah keplasenta
- Spasme arteriol yang mendadak menyebabkan
asfiksia berat sampai kemaian janin
- Spasme yang berlangsung lama, mengganggu
pertumbuhan janin
7. Perubahan ginjal - Spasme arteriol menyebabkan aliran darah ke
ginjal menurun sehingga fitrasi glomerolus
berkurang
- Penyerapan air dan garam tubulus tetap terjadi
retensi air dan garam
- Edema pada tungkai dan tangan, paru dan organ lain
8. Perubahan pembuluh darah
- Permeabilitasnya terhadap protein makin tinggi
sehingga terjadi vasasi protein ke jaringan
- Protein ekstravaskuler menarik air dan garam
menimbulkan edema - Hemokonsentrasi darah yang menyebabkan
gangguan fungsi metabolisme tubuh dan
trombosis. (Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Ida
Bagus Gede Manuaba, Jakarta : EGC, 1998). F. Gambaran Klinik Pre-Eklampsi
Dimulai dengan kenaikan berat badan diikuti
edema. Pada kaki dan tangan, kenaikan tekanan
darah, dan terakhir terjadi proteinuria. Pada pre-
eklamsi ringan gejala subjektif belum dijumpai,
tetapi pada pre-eklamsia berat diikuti keluhan sebagai berikut :
- Sakit kepala terutama daerah frontal
- Rasa nyeri daerah epigastrium
- Gangguan penglihatan
- Terdapat mual samapi muntah
- Gangguan pernafasan sampai sianosis - Gangguan kesadaran G. Diagnosis
Pada umumnya diagnosis diferensial antara pre-
eklamsia dengan hipertensi manahun atau
penyakit ginjal tidak jarang menimbulkan
kesukaran. Pada hipertensi menahun adanya
tekanan darah yang meninggi sebelum hamil.pada keadaan muda atau bulan
postpartum akan sangat berguna untuk
membuat diagnosis.
Untuk diagnosis penyakit ginjal saat timbulnya
proteinuria banyak menolong. Proteinuria pada
pre-eklamsia jarang timbul sebelum TM ke 3, sedangkan pada penyakit ginjal timbul lebih dulu.
(Ilmu Kebidanan Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiharjo, Fak. UI Jakarta, 1997). H. Pencegahan Pre-Eklamsia
Belum ada kesepakatan dalam strategi
pencegahan pre-eklamsia. Beberapa penelitian
menunjukkan pendekatan nutrisi (diet rendah
garam, diit tinggi protein, suplemen kalsium,
magnesium dan lain-lain). Atau medikamentosa (teofilin, antihipertensi, diuretic, asapirin, dll)
dapat mengurangi timbulnya pre-eklamsia.
(Kapita Selekta Kedokteran, Mansjoer Arif … Media Aesculapius, Jakarta : 2000) I. Penanganan
Tujuan utama penanganan ialah :
- Pencegahan terjadi pre-eklamsia berat dan
eklamsia
- Melahirkan janin hidup
- Melahirkan janin dengan trauma sekecil kecilnya.
Pada dasarnya penanganan terdiri dari
penanganan medik dan obstetrik.
Penanganan obstetrik ditujukan untuk
melahirkan bayi pada saat yang optoimal yaitu
sebvelum janin mati dalam kandungan akan tetapi sudah cukup matur untuk hidup di luar
uterus.
Pada umumnya indikasi untuk merawat
penderita pre-eklamsi di rumah sakit ialah
- tekanan darah siscol 140 mmHg atau lebih dan
atau tekanan darah diastol 90 mmHg, protein +1 atau lebih.
- Kenaikan berat badan 1,5 Kg atau lebih dalam
seminggu berulang
- Penambahan edema berlebihan tiba-tiba Penanganan pre-eklamsia ringan
Istirahat di tempat tidur masih merupakan terapi
untuk penanganan pre-eklamsia. Istirahat
dengan berbaring pada posisi tubuh
menyebabkan pengaliran darah ke plasenta
meningkat, aliran darah ke ginjal juga elbih banyak. Tekanan pada ekstermitas bawah turun
dan resobsi aliran darah tersebut bertambah.
Selain itu juga mengurangi kebutuhan volume
darah yang beredar. Oleh sebab itu, dengan
istirahat biasanya tekanan darah turun dan
adema berkurang. Pemberian fenobarbital 3 x 30mg sehari akan meningkatkan penderita dan
dapat juga menurunkan tekanan darah.
Pada umunya pemberian diuretik dan anti
hipertensi pada pre-eklamsia ringan tidak
dianjurkan karena obat-obat tersebut tidak
menghentikan proses penyakit dan juga tidak memperbaiki prognosis janin. Selain itu,
pemakaian obat-obatan tersebut dapat menutupi
tanda dan gejala pre-eklamsia berat.
Setelah keadaan normal, penderita dibolehkan
pulang, akan tetapi harus dipaksa lebih sering.
Karena biasanya hamil sudah tua, persalinan tidak lama lagi. Bila hipertensi menetap,
penderita tetap tinggal dirumah sakit. Bila
keadaan janin mengizinkan, tunggu dengan
melakukan induksi persalinan, sampai persalinan
cukup bulan atau > 37 minggu.
Beberapa kasus pre-eklamsia ringan tidak membaik dengan penanganan konservatif.
Tekanan darah meningkat, retensi cairan dan
proteinuria bertambah, walaupun penderita
istirahat dengan pengobatan medik. Dalam hal ini
pengakhiran kehamilan dilakukan walaupun
janin masih prematur. (Ilmu Kebidanan Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiharjo, Fak. UI Jakarta, 1998). ASUHAN KEBIDANAN TERHADAP NY. U
DENGAN PRE EKLAMSIA RINGAN PADA KEHAMILAN
DI BPS NY.S, GUNUNG SUGIH, LAMPUNG TENGAH I. Pengumpulan Data Dasar
Tanggal 18 September 2007 A. Pengkajian
1. Identitas/ Biodata
Nama Pasien : Ny. Umi Nama Suami : Tn.Alan
Umur : 24 thn Umur : 25 thn
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Sunda Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jln. Tresno No. 301 Alamat : Jln. Tresno
No. 301
G. Sugih, Lam-Teng G. Sugih, Lam-Teng 2. Anamnese
Ibu datang dengan keluhan sering sakit kepala,
nyeri perut, kadang pinggang, terasa sakit dan
kaki bengkak. Riwayat Kehamilan ini
Riwayat Menstruasi
a. HPHT : 30 Januari 2007
b. Haid sebelum : 28 Desember 2006
c. Lamanya : 5 – 7 hari d. Siklus : 28 hari
e. Banyaknya : 2 x ganti pembalut
f. Sifat darah : encer, kadang sedikit kental HPHT 30 Januari 2007
Tafsiran partus 6 November 2007
Tanda-tanda kehamilan (Trimester I)
Hasil test kehamilan tanggal 10 Maret 2007
dengan hasil +, pergerakan fetus dirasakan
pertama kali pada kehamilan 24 minggu dan sampai sekarang masih dirasakan gerakan 10 – 15 kali 24 jam terakhir.
Keluhan yang dirasakan
a. Mual dan muntah yang lama : tidak ada
b. Nyeri perut : ada
c. Panas menggigil : tidak ada
d. Sakit kepala : ada e. Penglihatan kabur : tidak ada
f. Rasa nyeri/ panas waktu BAK : tidak ada
g. Rasa gatal pada vulva, vagina dan sekitarnya :
tidak ada
h. Pengeluaran cairan pervaginam : tidak ada
i. Nyeri, kemerahan, tegang pada tungkai : tidak ada
j. Oedema : ada Makan sehari-hari 2 – 3x sehari, porsi sepiring nasi,lauk pauk, sayur, buah dan susu.
Pola Eliminasi
BAB : Sebelum hamil : 1 x sehari
Sesudah hamil : 1 x sehari
BAK : Sebelum hamil : 7 – 8 x sehari Sesudah hamil : 9 – 10 x sehari Aktifitas sehari-hari
Pola istirahat tidur : 5 – 6 jam Seksualitas : berkurang dari biasanya, 1 x
seminggu
Pekerjaan : melakukan pekerjaan rumah tangga
sehari-hari
Imunisasi : TT1 pada kehamilan 16 minggu
TT2 pada kehamilan 24 minggu Klien belum pernah menggunakan kontrasepsi 3. Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang
lalu
Ibu belum pernah hamil dan melahirkan 4. a. Riwayat Kesehatan
Ibu tidak pernah atau sedang menderita penyakit
yang serius seperti jantung, hipertensi, hepar, DM,
anemia, campak, malaria, TBC, gangguan mental
ataupun operasi
b. Perilaku Kesehatan Klien tidak pernah minum minuman yang
mengandung alkohol atau obat-obatan
sejenisnya serta klien tidak pernah merokok. Ibu
tidak melakukan senam hamil dan breast care.
Ibu melakukan pencucian vagina dengan sabun
mandi setiap mandi, habis BAK dan BAB c. Riwayat Psikososial
Klien menyatakan bahwa kehamilan ini
direncanakan. Respon suami dan keluarga
adalah senang. Klien dan suami secara resmi
sebagai istri pertama, dengan lama perkawinan
1 tahun. Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan,persalinan dan nifas adalah tidak
boleh menyiapkan perlengkapan bayinya
sebelum hamil.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga klien tidak ada yang menderita
penyakit menular maupun penyakit keturunan. B. Data Objektif
a. Tanda-tanda vital
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 85x/menit
Suhu : 36,70C
RR : 20x/menit b. Pemeriksaan
Keadaan umum : baik
Keadaan emosional : klien terlihat senang
c. Tinggi badan : 153 cm
BB sebelum hamil : 40 kg
BB saat hamil : 52 kg Kenaikan BB : 12 kg
d. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Ibu kadang-kadang merasa kepala nyeri. Tidak
ada benjolan di kepala maupun tanda kelainan
2) Rambut Kulit kepala tidak berketombe, rambut tidak
mudah rontok dan rambut tidak merah
3) Mata
Bentuk mata kanan dan kiri simetris, fungsi
penglihatan baik, konjungtiva merah muda,
sclera putih tidak ikterik. 4) Hidung
Tidak terdapat polip dan tanda kelainan dan
fungsi penciuman baik
5) Muka
Pada daerah muka tidak ada chloasma
gravidarum 6) Telinga
Tidak terdapat serumen, peradangan pada
lubang telinga, fungsi pendengaran baik
7) Mulut dan gigi
Tidak ada kelainan kongenital seperti bibir
sumbing, tidak terdapat caries pada gigi, fungsi pengecapan baik, tidak ada pembesaran tonsil. 8) Leher Kelenjar thyroid : tidak terdapat pembesaran
ataupun kelainan
Kelenjar getah bening : tidak terdapat
pembesaran dan tanda kebiruan
Vena jugolaris : tidak ada pembesaran
9) Dada Bentuk dada simetris, pergerakan dada teratur
dan tidak ada kelainan.
Jantung
Bunyi jantung normal, tidak terdengar murmur
Paru
Bunyi paru normal, tidak terdengar wheezing atau ronchi
Payudara
Ada pembesaran, hyperpigmentasi pada areola
mammae, putting menonjol dan sedikit kotor,
bentuk payudara simetris, tidak ada benjolan dan
rasa nyeri. Colostrum belum keluar, dan agak kotor.
10) Punggung dan pinggang
Ada nyeri pinggang kadang-kadang, bentuk
tulang punggung lordosis,
11) Ekstremitas
Atas : bentuk simetris, jari-jari tangan lengkap, serta tidak ada kelainan
Bawah : terdapat oedema, bentuk simetris, tidak
ada ketegangan, varises dan refleks patela baik. 12) Genetalian eksternal
Bagian vulva tidak ada oedema ataupun varises.
Tidak terdapat keputihan yang disebabkan jamur.
13) Abdomen
Pembesaran sesuai usia kehamilan, tidak ada
luka bekas operasi maupun benjolan tanda kelainan.
Leopold I : TFU pertengahan Px dan pusat atau 33
cm dan belum sering kontraksi, pada atas fundus
teraba bagian yang bulat agak lunak dan tidak
melenting berarti bokong
Leopold II : Perut sebelah kanan teraba lebar dan panjang, berarti punggung, perut sebelah kiri
terdapat bagian kecil seperti mengumpul berarti
ekstremitas
Leopold III : Bagian terendah teraba keras seperti
kepala belum ada penurunan kepala
DJJ : 142 x/ menit, teratur Tidak ada strie
Mc Donald : 33 cm
TBJ : (33 – 11) x 155 = 3410 gram 3. Pemeriksaan Laboratorium
Kadar Hb : 10,8 gr%
Protein urine : +1 II. Interprestasi Data Dasar, diagnosa, masalah,
dan Kebutuhan
Diagnosa : Ibu G1P0A0,usia kehamilan 32 minggu
6 hari, janin hidup, tunggal, intrauterine, letak
memanjang, presentasi kepala dengan pre
eklampsia ringan Dasar : HPHT30 Januari 2007,tafsiran partus 6
November 2007, bengkak pada ekstremitas
bawah dan ditemukan protein urine +1,
TD 140/80 mmHg
Masalah : Kehamilan dengan pre eklampsi ringan
Gangguan pola istirahat dan gangguan rasa nyaman
Dasar : Ibu sering merasa nyeri kepala
Ibu merasa nyeri pada bagian pinggang
Bengkak pada ekstermitas bawah
Ibu terlihat lemah
Kebutuhan : Ibu dapat mengkonsumsi tablet Fe tiap harinya untuk kehamilannya dan obat
antihipertensi
Ibu perlu mengetahui kondisinya saat ini dan
harus mulai melakukan anjuran yang diberi
bidan.
Ibu harus mengatur pola istirahat dan istirahat baring dan ibu perlu melakukan istirahat dengan
posisi kaki lebih tinggi.
Ibu harus mengkonsumsi makanan rendah
garam, tinggi protein, makan sayuran, buah-
buahan dan perlu banyak minum
Ibu perlu melakukan senam hamil untuk memperlancar persalinan.
Ibu perlu mendapat dukungan psikologis dari
pihak keluarga. III. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Potensial akan terjadi pre eklamsia berat IV. Identifikasi Kebutuhan Terhadap Tindakan
Dan Kolaborasi
Lakukan pemantauan kehamilan dan kolaborasi
jika dibutuhkan V. Rencana Asuhan
1. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan
a. Jelaskan kondisi ibu
b. Anjurkan ibu memeriksakan kehamilannya
rutin
c. Libatkan keluarga memberi dukungan ibu 2. Pemberian informasi pola istirahat
a. Jelaskan pentingnya istirahat bagi ibu hamil
b. Anjurkan ibu untuk beristirahat siang hari
minimal 1 jam
c. Istirahat baring
3. Pemberian informasi senam hamil a. Jelaskan pentingnya senam hamil
b. Jelaskan manfaat senam hamil
c. Ajarkan teknik senam hamil
d. Anjurkan untuk melakukan senam hamil
dirumahnya
e. Ajarkan teknik relaksasi f. Informasikan perubahan fisiologi yang terjadi
pada ibu
g. Informasikan tandas bahaya, terutama pre
eklamsia
4. Pemberian terapi pada ibu
a. Beri ibu obat hipertensi b. Anjurkan ibu mengatur pola istirahat
c. Anjurkan ibu untuk diet
d. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi tablet Fe
tiap hari VI. Pelaksanaan Asuhan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
a. Menjelaskan bahwa kondisi ibu saat ini
mengalami pre eklamsia ringan
b. Menganjurkan ibu untuk periksa kehamilan
2x/ minggu c. Melibatkan keluarga dalam memberi dukungan
dalam pengawasan pada ibu
2. Memberikan informasi tentang pola istirahat
a. Menjelaskan pentingnya istirahat bagi ibu
hamil yaitu normalnya 6 – 8 jam. Untuk memperbaiki tekanan darah ibu
b. Menganjurkan ibu untuk istirahat siang minimal
1 jam untuk mencukupi pola istirahat ibu hamil
c. Menganjurkan ibu istirahat baring, walaupun
tidak harus tidur namun tidak melakukan
pekerjaan berat 3. Memberi informasi tentang senam hamil
a. Menjelaskan pentingnya senam hamil pada ibu
untuk memperlancar proses bersalin
b. Menjelaskan manfaat senam hamil dalam
persalinan, karena dapat memperlancar proses
persalinan juga dapat melenturkan otot panggul perineum
c. Mengajarkan teknik senam hamil
d. Minta ibu untuk melakukan senam hamil rutin
dirumahnya terutama pada pagi dan saat ibu ada
waktu
e. Mengajarkan relaksasi sehingga dapat mengurangi keluhan ibu
f. Memberikan informasi tentang tanda dan
bahaya terutama pada ibu pre eklamsi yaitu
dimungkinkan akan terjadi perdarahan pada saat
bersalin dan menganjurkan pada ibu bila ada
tanda bahaya segera harus dibawa untuk minta pertolongan
4. Memberi informasi pada ibu tentang terapi/
pengobatan pre eklamsi
a. Menganjurkan ibu untuk mengatur pola
istirahat yaitu 6 – 8 jam dan ditambah istirahat siang minimal 1 jam, dan anjurkan ibu tirah
baring dan posisi istirahat ibu yaitu kaki lebih
tinggi untuk mengurangi pembengkakan
ekstremitas
b. Menganjurkan ibu untuk diit rendah garam,
tinggi protein dan banyak makan sayuran serta buah-buahan dan banyak minum.
c. Menganjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi
tablet Fe 1 tablet/ hari
d. Minta ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1
minggu akan datang VII. Evaluasi
1. Ibu mengerti tentang kondisi kehamilan saat
ini dan berkata akan menjaga kehamilannya
agar mengurangi trauma pada saat bersalin
2. Ibu mengerti arti penting dan untuk apa
melakukan senam hamil sehingga memperlancar proses persalinan
3. Ibu sudah dapat mengulang setiap gerakan
senam hamil dan teknik relaksasi secara benar
sesuai yang diberikan
4. Ibu mengerti pentingnya diet dan istirahat
yang baik dan berjanji akan melaksanakan anjuran yang diberikan
5. Ibu berjanji untuk memeriksakan
kehamilannya lagi 2x/ minggu dan melakukan
kunjungan ulang minggu depan serta akan
segera periksa kapan saja bila ada keluhan DAFTAR PUSTAKA Ida Bagus Gede Manuaga, 1998, Ilmu Kebidanan,
Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan. EGC, JAKARTA Yayasan Sarwono Prawihardjo, 1997, Ilmu
Kebidanan, FKUI, Jakarta Mansjoer Arif, 2000, Kapita Selekta Kedokteran,
Media Aesculapius, JAKARTA
Mobile Mobile Site Site | | Full Full Site Site Theme Theme : : WPtouch WPtouch by by BraveNewCode BraveNewCode . . Blog Blog pada pada WordPress WordPress . . com com . . DesmaWahyunita DesmaWahyunita Suka Be the first to like this post. Tinggalkan Tinggalkan Balasan Balasan Nama Nama ( ( required required ) ) E E - - Mail Mail ( ( required required ) ) Situs Situs web web Kirim Komentar Beritahu Beritahu saya saya mengenai mengenai komentar komentar - - komentar komentar selanjutnya selanjutnya melalui melalui surel surel . . Beritahu Beritahu saya saya tulisan tulisan - - tulisan tulisan baru baru melalui melalui surel surel . . askeb ibu bersalin dengan riwayat PEB Juni 13, 2009 @ 10:53 am › desmawahyunita ↓ Tinggalkan komentar BAB III MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN PADA NY. “N” G4P2A1H2 GRAVID ATERM PERSALINAN SPONTAN DENGAN RIWAYAT PRE-EKLAMPSIA RINGAN DI RSUP DR. M. DJAMIL PADANG 2 JUNI 2009 1. A. IDENTITAS / BIODATA Nama ibu : Ny. “N” No. MR : 63.97.29 Umur : 36 tahun Suku/ Bangsa : Minang/ Indonesia Agama : Islam Pendidikan : SMP Pekerjaan : Ibu rumah tangga Alamat : Bungus Nama Suami : Tn. “ H” Umur : 42 tahun Suku/ Bangsa : Minang/ Indonesia Agama : Islam Pendidikan : SMP Pekerjaan : Nelayan Alamat : Bungus 1. B. Data Subjektif Pasien datang tanggal : 2 Juni 2009 Pukul : 02. 00 WIB 1. Alasan utama masuk kamar bersalin : Ibu hamil sembilan bulan dengan keluhan sakit
pinggang menjalar ke ari-ari disertai pengeluaran
lendir bercampur darah sejak pukul 18.00 WIB 1. Perasaan (sejak terakhir datang ke klinik) : Ibu merasa sedikit cemas menghadapi persalinannya 1. Tanda-tanda bersalin : His : Ada sejak tanggal 1 Juni 2009
pukul 18.00 WIB Frekuensi : Sulit ditentukan Lamanya : Sulit ditentukan Kekuatan : Makin lama makin kuat Lokasi ketidak nyamanan : Pinggang dan ari-ari 1. Pengeluaran pervaginam Darah lendir : Ada Air ketuban : Tidak ada Darah : Tidak ada 1. Masalah-masalah khusus : Tidak ada 2. Riwayat kehamilan sekarang HPHT : 6-9-2008 Siklus : 30 hari ANC : 9 × selama kehamilan (ke
Bidan) Keluhan : Tidak ada 1. Pola imunisasi TT : lengkap 1. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu : Ini No Tahun
lahir Usia Keha- milan Tempat Persa- linan Jenis Persa- linan Peno long Komplikasi Bayi Nifas ♀ / ♂ BB/ PB Keada- an Laktasi Lo- chea Ibu Bayi 1. 1997 Aterm BPS Spon- tan Bidan AdaPER Tdk
ada ♀ 3300 gr 50
cm Baik ASI
diberi- kan
selama
±2
tahun Nor- mal 2. 2003 Aterm BPS Spon- tan Bidan Ada PER Tdk
ada ♂ 3300 gr 50
cm Baik ASI
diberi- kan
selama
±2
tahun Nor- mal 3. 2006 2
bulan Abortus Spon- tan Bidan ada Tdk
ada - - - - - 4. Ini 1. Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir : Ada dan
sering, > 20 x Mulai gerakan janin pertama kali : ± 4 bulan yang lalu 1. Makan dan minum terakhir : Pukul 22.00 WIB Jenis makanan/minuman : 1 piring nasi + 1 potong
ikan sebesar kotak korek api + 2 gelas air putih 1. Buang air kecil terakhir : Pukul 01.30 WIB 2. Buang air besar terakhir : Pukul 07.00 WIB 1. Tidur : Ibu sulit tidur karena sering
kencing dan sakit pinggang 2. Psikologis : Cemas menghadapi
persalinan 3. Keluhan lain : Tidak ada 1. C. Data Objektif (Pemeriksaan Fisik) 1. Keadaan umum : Ibu tampak meringis
kesakitan 2. Tanda vital Tekanan darah : 110/70 mmHg Nadi : 84 x/i Pernapasan : 24 x/i Suhu : 37 0C 1. Tinggi badan : 155 cm Berat badan : 60 kg BB sebelum hamil : 48 kg 1. Muka - Kelopak mata : Tidak oedema - Konjungtiva : Merah muda - Sklera : Tidak ikterik Mulut - Lidah dan mulut : Tidak pucat, stomatitis
tidak ada - Gigi dan geraham : Ada caries Kelenjar thyroid : Tidak ada
pembengkakan Pembuluh limfe : Tidak ada pembekakan Dada Payudara - Bentuk : Simetris kiri-kanan - Puting susu : Menonjol (kiri dan kanan) - Benjolan : Tidak ada - Pengeluaran : Colostrum (+) - Rasa nyeri : Tidak ada Abdomen - Pembesaran : Sesuai dengan usia
kehamilan - Benjolan : Tidak ada - Bekas luka operasi : Tidak ada - Konsistensi : Tegang saat his - Kandung kemih : Tidak penuh Ekstremitas atas dan bawah - Oedema : Tidak ada - Kemerahan : Tidak ada - Varices : Tidak ada 1. Pemeriksaan Kebidanan 1. Palpasi uterus : Leopold I : TFU 3 jari di bawah processus
xyphoideus. Pada fundus teraba massa bundar,
lembek, tidak melenting, kemungkinan bokong janin. Leopold II : Pada perut ibu sebelah kanan teraba
massa panjang, keras, memapan, kemungkinan
punggung janin. Pada perut ibu sebelah kiri teraba
tonjolan-tonjolan kecil, kemungkinan ekstremitas
janin. Leopold III : Pada perut ibu bagian bawah teraba
massa bulat, keras, tidak dapat digoyang,
kemungkinan kepala janin telah masuk PAP Leopold IV : Posisi tangan sejajar Mc. Donald : 35 cm TBJ : 3465 gram His : 3 x dalam10 menit selama 40 detik Fetus - Letak : Memanjang - Posisi : Punggung kanan - Pergerakan : Ada - Presentasi : Kepala - Penurunan : 3/5 1. Auskultasi DJJ : (+) Frekuensi : 140 x/menit Irama : Teratur Intensitas : Kuat Punctum maksimum : Kuadran kanan
bawah perut ibu 1. Ano – genital (inspeksi) Perineum Luka parut : Tidak ada Vulva vagina - Warna : Kemerahan - Luka : Tidak ada - Varices : Tidak ada - Pengeluaran pervagiam : Lendir bercampur
darah - Warna : Kemerahan - Anus : Tidak ada haemorhoid 1. Pemeriksaan dalam Atas indikasi : Inpartu, pukul Dinding vagina : Elastis, tidak ada
pembengkakan Portio : Penipisan 60% Posisi rahim : Antefleksi Posisi portio : depan Pembukan : 6 cm Ketuban : (+) Penurunan bagian terendah : Hodge II-III Letak : Belakang kepala Posisi : UUK kanan depan

STUDI KASUS ANC

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN
ANTENATAL PADA NY. N KEHAMILAN 38
– 40 MINGGU DENGAN PRE EKLAMPSIA RINGAN DI RSIA SITTI FATIMA TANGGAL
04 – 11 APRIL 2005 September 24, 2009 @ 9:13 am › syekhu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional adalah pembangunan yang berwawasan kesehatan. Visi Indonesia Sehat 2010, merupakan gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan yakni masyarakat bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia (Depkes RI, 1999) Dalam sistem kesehatan nasional dinyatakan bahwa tujuan pembangunan kesehatan nasional adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi semua penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Termasuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat untuk pembangunan manusia yang berkualitas. Tujuan utama setiap kehamilan agar berakhir dengan lahirnya bayi yang sempurna dan ibu yang sehat. Tetapi dalam kenyataan hal ini selalu berjalan dengan tidak lancar, seringkali proses pengembangan janin intrauterine mendapat gangguan, yang mana gangguan tersebut dapat terjadi pada setiap tahap, tergantung pada tahap dimana gangguan itu terjadi, maka hasil kehamilannya dapat abortus, prematur, atau cacat bawaan. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan tidak semata- mata berada di tangan pemerintah melainkan tanggung jawab bersama dari setiap individu dan masyarakat. Karena apapun peran yang dimainkan oleh pemerintah, tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan
mereka, hanya sedikit yang akan dicapai. Salah satu fenomena utama yang mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan adalah masih rendahnya upaya dan derajat kesehatan yang ditandai dengan angka kematian ibu yang masih tinggi. Dewasa ini derajat kesehatan ibu masih rawan ini ditandai dengan tingginya dan lambatnya penurunan angka kematian ibu yaitu sebesar 337/100.000 kelahiran hidup (SKRT, 1991) menjadi 421/100.000 kelahiran hidup (SKRT, 1992). Berdasarkan data internet bahwa tingginya angka kematian ibu sesuai data survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) 2003 yakni 307/100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut masih lebih tinggi 3 – 6 kali dibanding di negara-negara Asean lainnya atau 80 kali lebih tinggi dibandingkan dengan negara maju (http//www.Depkes.90id/ index.php?option:news&task=viewarticle&sid=445
itemid = 2 diakses 25 September 2005, pukul 20.00 Wita) Di Indonesia ada 3 penyebab kematian ibu yaitu perdarahan sekitar antara 40% sampai 60% dari total angka kematian ibu hamil pre eklampsia/eklampsia 20 – 30% dan infeksi jalan lahir 20 – 30% (http.// orienta.co.id/kesehatan/beritasehat/ detail.php? id=2125) diakses 25 September pukul 19.55 Wita). Diharapkan angka kematian ibu dapat diturunkan dari 307/100.000 kelahiran hidup menjadi 150/100.000 kelahiran hidup di tahun 2010 (Depkes RI. 2004) Frekwensi kejadian preeklampsia dilaporkan sekitar 3 – 10% dari kehamilan (Mochtar Rustam, 1998 hal. 201) Di Sulawesi Selatan dilaporkan jumlah kematian ibu maternal di tahun 2003 September 184 orang diantaranya ibu hamil 53 orang, ibu bersalin 75 orang dan ibu nifas 56 orang (Dinkes Propinsi Sulawesi Selatan, 2004 Profil Kesehatan Kabupaten/Kota, 2003). Sesuai data yang kami peroleh di RSIA Sitti Fatima Makassar berdasarkan data periode 1 Januari – 31 Oktober 2004 terdapat 49 ibu hamil yang didiagnosis pre eklampsia dari 3.210 ibu hamil yang memeriksakan diri diantaranya 29 ibu hamil yang didiagnosis bereklampsia ringan dan 20 ibu hamil yang didiagnosis pre eklampsia berat sedangkan yang didiagnosis eklampsia terdapat 4 ibu hamil. Upaya pemerintah dalam mempercepat penurunan angka kematian ibu adalah pergerakan Tim Dati II, pengembangan daerah binaan intensif Dati II, penerapan penjagaan mutu pelayanan KIA, peningkatan KIA yang terkait langsung dengan upaya pencegahan kesakitan dan kematian ibu serta upaya promotif untuk berbagai kelompok sasaran dan pemantapan peran serta masyarakat. Gambaran di atas menunjukkan bahwa penyebab langsung kematian ibu dapat dideteksi dan dicegah pada masa kehamilan yakni dengan pelaksanaan asuhan kehamilan atau biasanya dikenal Antenatal Care. Pembahasan kasus pre eklampsia ringan pada karya tulis ini dilatar belakangi pada kejadian pre eklampsia ringan sering tidak diketahui atau tidak diperhatikan oleh wanita yang bersangkutan sehingga tanpa disadari dalam waktu singkat dapat timbul pre eklampsia berat bahkan eklampsia. Oleh sebab itu penulis terdorong untuk menerapkan prinsip-prinsip Manajemen Kebidanan khususnya pada preeklampsia ringan yang diuraikan 7 step di RSIA Sitti Fatima Makassar. Dengan penerapan Manajemen Asuhan Kebidanan yang adekuat teratur diharapkan dapat mendeteksi lebih dini keadaan-keadaan yang tergolong resiko kehamilan atau persalinan baik terhadap ibu maupun janin sehingga setiap kehamilan yang diinginkan pada akhirnya lahir seorang bayi yang sehat tanpa mengganggu kesehatan ibunya. Berdasarkan masalah tersebut, maka penulis tertarik untuk membahas kasus yang tertuang dalam kasus yang berjudul Manajemen Asuhan Kebidanan dengan Kasus Pre Eklampsia Ringan di RSIA Sitti Fatima Makassar. B. Ruang Lingkup Pembahasan Adapun yang menjadi ruang lingkup pembahasan penulisan makalah ini adalah Manajemen Kebidanan Ante Natal Care pada Ny. N dengan kasus preklampsia
ringan di RSIA Sitti Fatima Makassar yang dilakukan selama tujuh hari yaitu mulai tanggal 22 – 9 – 2002 sampai tanggal 29 – 9 – 2002. C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Mampu melaksanakan Manajemen Asuhan Kebidanan
pada kasus preeklampsia ringan sesuai wewenang bidan. 2. Tujuan Khusus : Dapat melaksanakan pengkajian pada Ny. N kehamilan 38 – 40 mg dengan kasus preeklampsia ringan. Dapat melaksanakan identifikasi diagnosa/ masalah pada Ny. N kehamilan 38 – 40 mg dengan kasus preeklampsia ringan. Dapat melaksanakan identifikasi diagnosa/ masalah potensial pada Ny. N kehamilan 38 – 40 mg dengan kasus preeklampsia ringan. Dapat melaksanakan identifikasi perlunya tindakan segera, konsultasi dan kolaborasi pada Ny. N dengan kasus pre eklampsia ringan. Dapat menyusun rencana tindakan pada Ny. N kehamilan 38 – 40 mg dengan kasus preeklampsia ringan. Dapat melaksanakan implementasi secara langsung rencana tindakan asuhan pada Ny. N kehamilan 38 – 40 mg dengan kasus preeklampsia ringan. Melaksanakan evaluasi efektivitas asuhan yang akan dicapai pada Ny. N kehamilan 38 – 40 mg dengan kasus preeklampsia ringan. Membuat dokumentasi pada Ny. N kehamilan 38 – 40 mg dengan kasus preeklampsia ringan. D. Manfaat Penulisan 1. Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Program Diploma Tiga Kebidanan pada Akademi Kebidanan Depkes Makassar. 2. Bagi institusi merupakan masukan tentang penerapan manajemen kebidanan dengan kasus preeklampsia ringan. 3. Dapat meningkatkan kualitas pelayanan klien di RSIA Sitti Fatima Makassar dalam penerapan
manajemen kebidanan dengan kasus preeklampsia ringan. 4. Meningkatkan keterampilan penulis dalam melakukan manajemen kebidanan pada kasus
preeklampsia ringan. E. Metode Penulisan 1. Studi Kepustakaan Dalam metode ini penulis membaca dan mempelajari buku-buku, literatur-literatur yang berkaitan dengan preeklampsia. 2. Studi Kasus Melalui asuhan kebidanan pada ibu yang berkunjung di RSIA Siti Fatima yaitu terdiri dari tujuh langkah sebagai berikut : kajian dan analisa data, diagnosa masalah aktual, diagnosa masalah potensial, identifikasi tindakan segera, rencana tindakan, implementasi dan evaluasi dari asuhan yang diberikan terhadap ibu. Untuk menghimpun data/ informasi dalam pengkajian digunakan cara : pemeriksaan fisik secara sistematis pada ibu mulai dari inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi, dan pemeriksaan laboratorium. 3. Studi Dokumentasi Dalam manajemen kebidanan dengan kasus pre eklampsia ringan, penulis membaca dan mempelajari status yang berhubungan dengan keadaan klien baik bersumber dari bidan, dokter, maupun pemeriksaan penunjang lainnya. 4. Diskusi Metode ini dilakukan dengan cara tanya jawab dan diskusi dengan klien, bidan, dokter asisten Obgyn, pembimbing karya tulis dan rekan-rekan seprofesi lainnya. F. Sistimatika Penulisan Sistimatika penulisan dari karya tulis ini adalah : BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah 2. Ruang Lingkup Pembahasan 3. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum 2. Tujuan Khusus 3. Manfaat Penulisan 4. Metode Penulisan 5. Sistematika Penulisan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Dasar Teori Antenatal Care 2. Pengertian Antenatal Care 3. Tujuan Antenatal Care 4. Pemeriksaan Ibu Hamil 1. Anamnesis 2. Pemeriksaan 3. Diagnosis 4. Pemeriksaan kehamilan ulangan 5. Penanganan Kehamilan 1. Dasar Teori Pre Eklampsia 1. Pengertian Pre Eklampsia 2. Etiologi Pre Eklampsia 3. Patofisiologi Pre Eklampsia 4. Gambaran Klinik Pre Eklampsia 5. Diagnosis Pre Eklampsia 6. Pencegahan Pre Eklampsia 7. Penanganan Pre Eklampsia Ringan 6. Dasar Teori Manajemen Kebidanan 1. Pengertian Proses Manajemen Kebidanan 2. Proses Manajemen Kebidanan 1. Step I Pengumpulan Data 2. Step II Identifikasi Diagnosa/Masalah
Aktual 3. Step III Identifikasi Diagnosa/Masalah
Potensial 4. Step IV Menilai perlunya tindakan segera, konsultasi dan kolaborasi 5. Step V Pengembangan
rencana asuhan 6. Step VI Mengimplementasikan
langsung rencana asuhan 7. Step VII Evaluasi efektivitas asuhan kebidanan 3. Jenis Pendokumentasian Manajemen Kebidanan BAB III STUDI KASUS BAB IV PEMBAHASAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN LAMPIRAN DAN DAFTAR PUSTAKA