Jumat, 18 Maret 2011

PERDARAHAN POSTPARTUM I. Defenisi
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, 1998).
Haemoragic Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml dalam 24 jam pertama setelah lahirnya bayi (Williams, 1998)
HPP biasanya kehilangan darah lebih dari 500 ml selama atau setelah kelahiran (Marylin E Dongoes, 2001). Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
- Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir
- Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir
Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi perdarahan post partum :
1. Menghentikan perdarahan.
2. Mencegah timbulnya syok.
3. Mengganti darah yang hilang. Frekuensi perdarahan post partum 4/5-15 % dari seluruh persalinan. Berdasarkan penyebabnya :
1. Atoni uteri (50-60%).
2. Retensio plasenta (16-17%).
3. Sisa plasenta (23-24%).
4. Laserasi jalan lahir (4-5%).
5. Kelainan darah (0,5-0,8%). II. Etiologi
Penyebab umum perdarahan postpartum adalah:
1. Atonia Uteri
2. Retensi Plasenta
3. Sisa Plasenta dan selaput ketuban
- Pelekatan yang abnormal (plasaenta akreta dan perkreta)
- Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia)
4. Trauma jalan lahir
a. Episiotomi yang lebar
b. Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan rahim
c. Rupture uteri
5. Penyakit darah
Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia /hipofibrinogenemia.
Tanda yang sering dijumpai :
- Perdarahan yang banyak.
- Solusio plasenta.
- Kematian janin yang lama dalam kandungan.
- Pre eklampsia dan eklampsia. - Infeksi, hepatitis dan syok septik.
6. Hematoma
7. Inversi Uterus
8. Subinvolusi Uterus Hal-hal yang dicurigai akan menimbulkan perdarahan pasca persalinan. Yaitu;
· Riwayat persalinan yang kurang baik, misalnya:
1. Riwayat perdarahan pada persalinan yang terdahulu.
2. Grande multipara (lebih dari empat anak).
3. Jarak kehamilan yang dekat (kurang dari dua tahun).
4. Bekas operasi Caesar.
5. Pernah abortus (keguguran) sebelumnya.
· Hasil pemeriksaan waktu bersalin, misalnya:
1. Persalinan/kala II yang terlalu cepat, sebagai contoh setelah ekstraksi vakum, forsep.
2. Uterus terlalu teregang, misalnya pada hidramnion, kehamilan kembar, anak besar.
3. Uterus yang kelelahan, persalinan lama.
4. Uterus yang lembek akibat narkosa.
5. Inversi uteri primer dan sekunder. III. Manifestasi Klinis
Gejala Klinis umum yang terjadic adalah kehilangan darah dalam jumlah yang banyak (> 500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, mual.
Gejala Klinis berdasarkan penyebab:
a. Atonia Uteri:
Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan perdarahan segera setelah anak lahir (perarahan postpartum primer)
Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain)
b. Robekan jalan lahir
Gejala yang selalu ada: perdarahan segera, darah segar mengalir segera setelah bayi lahir, kontraksi uteru baik, plasenta baik.
Gejala yang kadang-kadang timbul: pucat, lemah, menggigil.
c. Retensio plasenta
Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan segera, kontraksi uterus baik
Gejala yang kadang-kadang timbul: tali pusat putus akibat traksi berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan
d. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)
Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah ) tidak lengkap dan perdarahan segera
Gejala yang kadang-kadang timbul: Uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus tidak berkurang.
e. Inversio uterus
Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa, tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan nyeri sedikit atau berat.
Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok neurogenik dan pucat IV. Patofisiologi
Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk meningkatkan sirkulasi ke sana, atoni uteri dan subinvolusi uterus menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah-pembuluh darah yang melebar tadi tidak menutup sempurna sehingga perdarahan terjadi terus menerus. Trauma jalan lahir seperti epiostomi yang lebar, laserasi perineum, dan rupture uteri juga menyebabkan perdarahan karena terbukanya pembuluh darah, penyakit darah pada ibu; misalnya afibrinogemia atau hipofibrinogemia karena tidak ada atau kurangnya fibrin untuk membantu proses pembekuan darah juga merupakan penyebab dari perdarahan postpartum. Perdarahan yang sulit dihentikan bisa mendorong pada keadaan shock hemoragik.
Perbedaan perdarahan pasca persalinan karena atonia uteri dan robekan jalan lahir adalah:
· Atonia uteri (sebelum/sesudah plasenta lahir).
1. Kontraksi uterus lembek, lemah, dan membesar (fundus uteri masih tinggi.
2. Perdarahan terjadi beberapa menit setelah anak lahir.
3. Bila kontraksi lemah, setelah masase atau pemberian uterotonika, kontraksi yang lemah
tersebut menjadi kuat.
· Robekan jalan lahir (robekan jaringan lunak).
1. Kontraksi uterus kuat, keras dan mengecil.
2. Perdarahan terjadi langsung setelah anak lahir. Perdarahan ini terus-menerus.
Penanganannya, ambil spekulum dan cari robekan.
3. Setelah dilakukan masase atau pemberian uterotonika langsung uterus mengeras tapi
perdarahan tidak berkurang. Perdarahan Postpartum akibat Atonia Uteri
Perdarahan postpartum dapat terjadi karena terlepasnya sebagian plasenta dari rahim dan sebagian lagi belum; karena perlukaan pada jalan lahir atau karena atonia uteri. Atoni uteri merupakan sebab terpenting perdarahan postpartum.
Atonia uteri dapat terjadi karena proses persalinan yang lama; pembesaran rahim yang berlebihan pada waktu hamil seperti pada hamil kembar atau janin besar; persalinan yang sering (multiparitas) atau anestesi yang dalam. Atonia uteri juga dapat terjadi bila ada usaha mengeluarkan plasenta dengan memijat dan mendorong rahim ke bawah sementara plasenta belum lepas dari rahim.
Perdarahan yang banyak dalam waktu pendek dapat segera diketahui. Tapi bila perdarahan sedikit dalam waktu lama tanpa disadari penderita telah kehilangan banyak darah sebelum tampak pucat dan gejala lainnya. Pada perdarahan karena atonia uteri, rahim membesar dan lembek. Terapi terbaik adalah pencegahan. Anemia pada kehamilan harus diobati karena perdarahan yang normal pun dapat membahayakan seorang ibu yang telah mengalami anemia. Bila sebelumnya pernah mengalami perdarahan postpartum, persalinan berikutnya harus di rumah sakit. Pada persalinan yang lama diupayakan agar jangan sampai terlalu lelah. Rahim jangan dipijat dan didorong ke bawah sebelum plasenta lepas dari dinding rahim.
Pada perdarahan yang timbul setelah janin lahir dilakukan upaya penghentian perdarahan secepat mungkin dan mengangatasi akibat perdarahan. Pada perdarahan yang disebabkan atonia uteri dilakukan massage rahim dan suntikan ergometrin ke dalam pembuluh balik. Bila tidak memberi hasil yang diharapkan dalam waktu singkat, dilakukan kompresi bimanual pada rahim, bila perlu dilakukan tamponade utero vaginal, yaitu dimasukkan tampon kasa kedalam rahim sampai rongga rahim terisi penuh. Pada perdarahan postpartum ada kemungkinann dilakukan pengikatan pembuluh nadi yang mensuplai darah ke rahim atau pengangkatan rahim.
Gambar 1. Perdarahan Postpartum Akibat Atonia Uteri Adapun Faktor predisposisi terjadinya atonia uteri : Umur, Paritas, Partus lama dan partus terlantar, Obstetri operatif dan narkosa, Uterus terlalu regang dan besar misalnya pada gemelli, hidramnion atau janin besar, Kelainan pada uterus seperti mioma uterii, uterus couvelair pada solusio plasenta, Faktor sosio ekonomi yaitu malnutrisi. Perdarahan Pospartum akibat Retensio Plasenta Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir selama 1 jam setelah bayi lahir.
Penyebab retensio plasenta : 1. Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena
melekat dan tumbuh lebih
dalam. Menurut tingkat perlekatannya :
a. Plasenta adhesiva : plasenta yang melekat pada
desidua endometrium lebih
dalam. b. Plasenta inkreta : vili khorialis tumbuh lebih dalam
dan menembus desidua
endometrium sampai ke miometrium.
c. Plasenta akreta : vili khorialis tumbuh menembus
miometrium sampai ke
serosa. d. Plasenta perkreta : vili khorialis tumbuh menembus
serosa atau peritoneum
dinding rahim. 2. Plasenta sudah terlepas dari dinding rahim namun
belum keluar karena atoni
uteri atau adanya lingkaran konstriksi pada bagian
bawah rahim (akibat
kesalahan penanganan kala III) yang akan
menghalangi plasenta keluar (plasenta inkarserata). Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan
terjadi perdarahan tetapi bila sebagian plasenta
sudah lepas maka akan terjadi perdarahan. Ini
merupakan indikasi untuk segera mengeluarkannya. Plasenta mungkin pula tidak keluar karena kandung
kemih atau rektum penuh. Oleh karena itu keduanya
harus dikosongkan. Perdarahan Postpartum akibat Subinvolusi Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk mengikuti
pola normal involusi, dan keadaan ini merupakan
salah satu dari penyebab terumum perdarahan
pascapartum. Biasanya tanda dan gejala subinvolusi
tidak tampak, sampai kira-kira 4 hingga 6 minggu
pascapartum. Fundus uteri letaknya tetap tinggi di dalam abdomen/ pelvis dari yang diperkirakan.
Keluaran lokia seringkali gagal berubah dari bentuk
rubra ke bntuk serosa, lalu ke bentuk lokia alba. Lokia
bisa tetap dalam bentuk rubra, atau kembali ke
bentuk rubra dalam beberapa hari pacapartum. Lokia
yang tetap bertahan dalam bentuk rubra selama lebih dari 2 minggu pascapatum sangatlah perlu dicurigai
terjadi kasus subinvolusi. Jumlah lokia bisa lebih
banyak dari pada yang diperkirakan. Leukore, sakit
punggung, dan lokia berbau menyengat, bisa terjadi
jika ada infeksi. Ibu bisa juga memiliki riwayat
perdarahan yang tidak teratur, atau perdarahan yang berlebihan setelah kelahiran. Perdarahan Postpartum akibat Inversio Uteri Inversio Uteri adalah keadaan dimana fundus uteri
terbalik sebagian atau seluruhnya masuk ke dalam
kavum uteri. Uterus dikatakan mengalami inverse jika
bagian dalam menjadi di luar saat melahirkan
plasenta. Reposisi sebaiknya segera dilakukan
dengan berjalannya waktu, lingkaran konstriksi sekitar uterus yang terinversi akan mengecil dan
uterus akan terisi darah.
Pembagian inversio uteri :
1. Inversio uteri ringan : Fundus uteri terbalik
menonjol ke dalam kavum uteri namun belum keluar
dari ruang rongga rahim. 2. Inversio uteri sedang : Terbalik dan sudah masuk
ke dalam vagina.
3. Inversio uteri berat : Uterus dan vagina semuanya
terbalik dan sebagian sudah keluar vagina.
Penyebab inversio uteri :
1. Spontan : grande multipara, atoni uteri, kelemahan alat kandungan, tekanan
intra abdominal yang tinggi (mengejan dan batuk).
2. Tindakan : cara Crade yang berlebihan, tarikan tali
pusat, manual plasenta
yang dipaksakan, perlekatan plasenta pada dinding
rahim. Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya inversio
uteri :
1. Uterus yang lembek, lemah, tipis dindingnya.
2. Tarikan tali pusat yang berlebihan. Frekuensi inversio uteri : angka kejadian 1 : 20.000
persalinan.
Gejala klinis inversio uteri :
- Dijumpai pada kala III atau post partum dengan
gejala nyeri yang hebat, perdarahan yang banyak
sampai syok. Apalagbila plasenta masih melekat dan sebagian sudah ada yang terlepas dan dapat terjadi
strangulasi dan nekrosis.
- Pemeriksaan dalam :
1. Bila masih inkomplit maka pada daerah simfisis
uterus teraba fundus uteri cekung ke dalam.
2. Bila komplit, di atas simfisis uterus teraba kosong dan dalam vagina teraba tumor lunak.
3. Kavum uteri sudah tidak ada (terbalik). Perdarahan Postpartum Akibat Hematoma Hematoma terjadi karena kompresi yang kuat
disepanjang traktus genitalia, dan tampak sebagai
warna ungu pada mukosa vagina atau perineum yang
ekimotik. Hematoma yang kecil diatasi dengan es,
analgesic dan pemantauan yang terus menerus.
Biasanya hematoma ini dapat diserap kembali secara alami. Perdarahan Postpartum akibat Laserasi /Robekan
Jalan Lahir Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua
tersering dari perdarahan postpartum. Robekan dapat
terjadi bersamaan dengan atonia uteri. Perdarahan
postpartum dengan uterus yang berkontraksi baik
biasanya disebabkan oleh robelan servik atau vagina.
- Robekan Serviks Persalinan Selalu mengakibatkan robekan serviks
sehingga servik seorang multipara berbeda dari yang
belum pernah melahirkan pervaginam. Robekan
servik yang luas menimbulkan perdarahan dan dapat
menjalar ke segmen bawah uterus. Apabila terjadi
perdarahan yang tidak berhenti, meskipun plasenta sudah lahir lengkap dan uterus sudah berkontraksi
dengan baik, perlu dipikirkan perlukaan jalan lahir,
khususnya robekan servik uteri - Robekan Vagina
Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan
luka perineum tidak sering dijumpai. Mungkin
ditemukan setelah persalinan biasa, tetapi lebih
sering terjadi sebagai akibat ekstraksi dengan cunam,
terlebih apabila kepala janin harus diputar. Robekan terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat pada
pemeriksaan speculum. - Robekan Perineum
Robekan perineum terjadi pada hampir semua
persalinan pertama dan tidak jarang juga pada
persalinan berikutnya. Robekan perineum umumnya
terjadi digaris tengah dan bisa menjadi luas apabila
kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu
panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar
daripada sirkum ferensia suboksipito bregmatika Laserasi pada traktus genitalia sebaiknya dicurigai,
ketika terjadi perdarahan yang berlangsung lama
yang menyertai kontraksi uterus yang kuat. V. Pemeriksaan Penunjang
a. Golongan darah : menentukan Rh, ABO dan
percocokan silang
b. Jumlah darah lengkap : menunjukkan penurunan
Hb/Ht dan peningkatan jumlah sel darah putuih (SDP).
(Hb saat tidak hamil:12-16gr/dl, saat hamil: 10-14gr/ dl. Ht saat tidak hamil:37%-47%, saat hamil:32%-42%.
Total SDP saat tidak hamil 4.500-10.000/mm3. saat
hamil 5.000-15.000)
c. Kultur uterus dan vagina : mengesampingkan
infeksi pasca partum
d. Urinalisis : memastikan kerusakan kandung kemih e. Profil koagulasi : peningkatan degradasi, kadar
produk fibrin/produk split fibrin (FDP/FSP), penurunan
kadar fibrinogen : masa tromboplastin partial
diaktivasi, masa tromboplastin partial (APT/PTT),
masa protrombin memanjang pada KID
Sonografi : menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan VI. Terapi
Dengan adanya perdarahan yang keluar pada kala III,
bila tidak berkontraksi dengan kuat, uterus harus
diurut :
· Pijat dengan lembut boggi uterus, sambil menyokong
segmen uterus bagian bawah untuk menstimulasi kontraksi dan kekuatan penggumpalan. Waspada
terhadap kekuatan pemijatan. Pemijatan yang kuat
dapat meletihkan uterus, mengakibatkan atonia uteri
yang dapat menyebabkan nyeri. Lakukan dengan
lembut. Perdarahan yang signifikan dapat terjadi
karena penyebab lain selain atoni uteri. · Dorongan pada plasenta diupayakan dengan
tekanan manual pada fundus uteri. Bila perdarahan
berlanjut pengeluaran plasenta secara manual harus
dilakukan. · Pantau tipe dan jumlah perdarahan serta konsistensi
uterus yang menyertai selama berlangsungnya hal
tersebut. Waspada terhadap darah yang berwarna
merah dan uterus yang relaksasi yang berindikasi
atoni uteri atau fragmen plasenta yang tertahan.
Perdarahan vagina berwarna merah terang dan kontra indikasi uterus, mengindikasikan perdarahan
akibat adanya laserasi.
· Berikan kompres es salama jam pertama setelah
kelahiran pada ibu yang beresiko mengalami
hematoma vagina. Jika hematoma terbentuk,
gunakan rendam duduk setelah 12 jam. · Pertahankan pemberian cairan IV dan mulai cairan
IV kedua dengan ukuran jarum 18, untuk pemberian
produk darah, jika diperlukan. Kirim contoh darah
untuk penentuan golongan dan pemeriksaan silang,
jika pemeriksaan ini belum dilakukan diruang
persalinan. · Pemberian 20 unit oksitodin dalam 1000 ml larutan
RL atau saline normal, terbukti efektif bila diberikan
infus intra vena + 10 ml/mnt bersama dengan
mengurut uterus secara efektif
· Bila cara diatas tidak efektif, ergonovine 0,2 mg yang
diberikan secara IV, dapat merangsang uterus untuk berkontraksi dan berelaksasi dengan baik, untuk
mengatasi perdarahan dari tempat implantasi
plasenta.
· Pantau asupan dan haluaran cairan setiap jam. Pada
awalnya masukan kateter foley untuk memastikan
keakuratan perhitungan haluaran. · Berikan oksigen malalui masker atau nasal kanula.
Dengan laju 7-10 L/menit bila terdapat tanda
kegawatan pernafasan. Terapi Perdarahan Postpartum karena Atonia Bila terjadi perdarahan sebelum plasenta lahir
(Retensia plasenta), ibu harus segera minta
pertolongan dokter rumah sakit terdekat. Untuk
daerah terpencil dimana terdapat bidan, maka bidan
dapat melakukan tindakan dengan urutan sebagai
berikut: · Pasang infus.
· Pemberian uterotonika intravena tiga hingga lima
unit oksitosina atau ergometrin 0,5 cc hingga 1 cc.
· Kosongkan kandung kemih dan lakukan masase
ringan di uterus.
· Keluarkan plasenta dengan perasat Crede, bila gagal, lanjutkan dengan;
· Plasenta manual (seyogyanya di rumah sakit).
· Periksa apakah masih ada plasenta yang tertinggal.
Bila masih berdarah;
· Dalam keadaan darurat dapat dilakukan penekanan
pada fundus uteri atau kompresi aorta. Bila perdarahan terjadi setelah plasenta lahir, dapat
dilakukan:
· Pemberian uterotonika intravena.
· Kosongkan kandung kemih.
· Menekan uterus-perasat Crede.
· Tahan fundus uteri/(fundus steun) atau kompresi aorta.
Tentu saja, urutan di atas dapat dilakukan jika fasilitas
dan kemampuan penolong memungkinkan. Bila tidak,
rujuk ke rumah sakit yang mampu melakukan operasi
histerektomi, dengan terlebih dahulu memberikan
uterotonika intravena serta infus cairan sebagai pertolongan pertama.
Perdarahan postpartum akibat laserasi/ Robekan
Jalan Lahir
Perdarahan pasca persalinan yang terjadi pada
kontraksi uterus yang kuat, keras, bisa terjadi akibat
adanya robekan jalan lahir (periksa dengan spekulum dan lampu penerangan yang baik-red). Bila sudah
dapat dilokalisir dari perdarahannya, jahitlah luka
tersebut dengan menggunakan benang katgut dan
jarum bulat.
Untuk robekan yang lokasinya dalam atau sulit
dijangkau, berilah tampon pada liang senggama/ vagina dan segera dirujuk dengan terlebih dahulu
memasang infus dan pemberian uterotonika
intravena. VII. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan tanda-tanda vital
1) Suhu badan
Suhu biasanya meningkat sampai 380 C dianggap
normal. Setelah satu hari suhu akan kembali normal
(360 C – 370 C), terjadi penurunan akibat hipovolemia 2) Nadi
Denyut nadi akan meningkat cepat karena nyeri,
biasanya terjadi hipovolemia yang semakin berat.
3) Tekanan darah
Tekanan darah biasanya stabil, memperingan
hipovolemia 4) Pernafasan
Bila suhu dan nadi tidak normal, pernafasan juga
menjadi tidak normal. b. Pemeriksaan Khusus
Observasi setiap 8 jam untuk mendeteksi adanya
tanda-tanda komplikasi dengan mengevaluasi sistem
dalam tubuh. Pengkajian ini meliputi :
1. Nyeri/ketidaknyamanan
Nyeri tekan uterus (fragmen-fragmen plasenta tertahan)
Ketidaknyamanan vagina/pelvis, sakit punggung
(hematoma)
2. Sistem vaskuler
§ Perdarahan di observasi tiap 2 jam selama 8 jam 1,
kemudian tiap 8 jam berikutnya § Tensi diawasi tiap 8 jam
§ Apakah ada tanda-tanda trombosis, kaki sakit,
bengkak dan merah
§ Haemorroid diobservasi tiap 8 jam terhadap besar
dan kekenyalan
§ Riwayat anemia kronis, konjungtiva anemis/sub anemis, defek koagulasi kongenital, idiopatik
trombositopeni purpura. 3. Sistem Reproduksi
a. Uterus diobservasi tiap 30 menit selama empat hari
post partum, kemudian tiap 8 jam selama 3 hari
meliputi tinggi fundus uteri dan posisinya serta
konsistensinya
b. Lochea diobservasi setiap 8 jam selama 3 hari terhadap warna, banyak dan bau
c. Perineum diobservasi tiap 8 jam untuk melihat
tanda-tanda infeksi, luka jahitan dan apakah ada
jahitannya yang lepas
d. Vulva dilihat apakah ada edema atau tidak
e. Payudara dilihat kondisi areola, konsistensi dan kolostrum
f. Tinggi fundus atau badan terus gagal kembali pada
ukuran dan fungsi sebelum kehamilan (sub involusi) 4. Traktus urinarius
Diobservasi tiap 2 jam selama 2 hari pertama. Meliputi
miksi lancar atau tidak, spontan dan lain-lain
5. Traktur gastro intestinal
Observasi terhadap nafsu makan dan obstipasi
6. Integritas Ego : Mungkin cemas, ketakutan dan khawatir VIII. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses
keperawatan. Pengkajian yang benar dan terarah
akan mempermudah dalam merencanakan tinfakan
dan evaluasi dari tidakan yang dilakasanakan. Pengkajian dilakukan secara sistematis, berisikan
informasi subjektif dan objektif dari klien yang
diperoleh dari wawancara dan pemeriksaan fisik. Pengkajian terhadap klien post meliputi :
- Identitas klien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan,
pendidikan, alamat, medical record dan lain – lain - Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan dahulu
riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal
kronik, hemofilia, riwayat pre eklampsia, trauma jalan
lahir, kegagalan kompresi pembuluh darah, tempat
implantasi plasenta, retensi sisa plasenta. 2. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu: kehilangan
darah dalam jumlah banyak (>500ml), Nadi lemah,
pucat, lokea berwarna merah, haus, pusing, gelisah,
letih, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, dan
mual. 3. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang
menderita hipertensi, penyakit jantung, dan pre
eklampsia, penyakit keturunan hemopilia dan
penyakit menular.
- Riwayat obstetrik a. Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya
siklus, banyaknya, baunya , keluhan waktu haid, HPHT
b. Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin
yang keberapa, Usia mulai hamil
c. Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
1. Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada abortus, retensi plasenta
2. Riwayat persalinan meliputi: Tua kehamilan, cara
persalinan, penolong, tempat bersalin, apakah ada
kesulitan dalam persalinan anak lahir atau mati, berat
badan anak waktu lahir, panjang waktu lahir
3. Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada pendarahan, ASI cukup atau tidak dan kondisi ibu
saat nifas, tinggi fundus uteri dan kontraksi
d. Riwayat Kehamilan sekarang
1. Hamil muda, keluhan selama hamil muda
2. Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan
berat badan, tinggi badan, suhu, nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah, keadaan gizi akibat mual,
keluhan lain
3. Riwayat antenatal care meliputi : Dimana tempat
pelayanan, beberapa kali, perawatan serta
pengobatannya yang didapat
Pola aktifitas sehari-hari a. Makan dan minum, meliputi komposisi makanan,
frekuensi, baik sebelum dirawat maupun selama
dirawat. Adapun makan dan minum pada masa nifas
harus bermutu dan bergizi, cukup kalori, makanan
yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-
sayuran dan buah – buahan. b. Eliminasi, meliputi pola dan defekasi, jumlah warna,
konsistensi. Adanya perubahan pola miksi dan
defeksi.
BAB harus ada 3-4 hari post partum sedangkan miksi
hendaklah secepatnya dilakukan sendiri (Rustam
Mukthar, 1995 ) c. Istirahat atau tidur meliputi gangguan pola tidur
karena perubahan peran dan melaporkan kelelahan
yang berlebihan.
d. Personal hygiene meliputi : Pola atau frekuensi
mandi, menggosok gigi, keramas, baik sebelum dan
selama dirawat serta perawatan mengganti balutan atau duk. B. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan vaskuler yang berlebihan
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan
hipovelemia
3. Ansietas berhungan dengan krisis situasi, ancaman perubahan pada status kesehatan atau kematian,
respon fisiologis
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan
trauma jaringan, Stasis cairan tubuh, penurunan Hb
5. Resiko tinggi terhadap nyeri berhubungan dengan
trauma/ distensi jaringan 6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang
pemajanan atau tidak mengenal sumber informasi C. Rencana Keperawatan pada Pasien Perdarahan
Postpartum No Diagnosa Intervensi Rasional
1 Kekurangan volume cairan b.d kehilangan vaskuler
berlebihan DO:
- Hipotensi
- Peningkatan nadi,
- Penurunan volume urin,
- Membran mukosa kering,
- Pelambatan pengisian kapiler DS:
- Ibu mengatakan urin sedikit
- Ibu mengatakan pusing dan pucat
- Ibu mengatakan kulit kering dan bersisik Tujuan :
Volume cairan adekuat Hasil yang diharapkan:
- TTV stabil
- Pengisian kapiler cepat
- Haluaran urine adekuat Mandiri:
1. Tinjau ulang catatan kehamilan dan persalinan,
perhatikan faktor-faktor penyebab atau memperberat
perdarahan seperti laserasi, retensio plasenta, sepsis,
abrupsio plasenta, emboli cairan amnion. 2. Kaji dan catat jumlah, tipe dan sisi perdarahan ;
timbang dan hitung pembalut ; simpan bekuan darah,
dan jaringan untuk dievaluasi oleh dokter. 3. Kaji lokasi uterus dan derajat kontraktilitas uterus.
Dengan perlahan masase penonjolan uterus dengan
satu tangan sambil menempatakan tangan kedua
tepat diatas simfisis pubis 4. Perhatikan hipotensi / takikardia, perlambatan
pengisian kapiler atau sianosis dasar, kuku, membran
mukosa dan bibir.
5. Pantau parameter hemodinamik, seperti tekanan
vena sentral atau tekanan bagi arteri pulmonal, bila
ada 6. Pantau masukan aturan puasa saat menentukan
status/kebutuhan klien
7. Berikan lingkungan yang tenang dan dukungan
psikologis - Membantu dalam membuat rencana perawatan
yang tepat dan untuk memberikan kesempatan
mencegah terjadinya komplikasi - Perkiraan kehilangan darah, arternal versus vena
dan adanya bekuan-bekuan membantu membuat
diagnosa banding dan menentukan kebutuhan
penggantian (catatan : satu gram peningkatan berat
pembalut sama dengan kira-kira 1 ml kehilangan
darah) - Derajat kontraktilitas uterus membantu dalam
diagnosa banding. Peningkatan kontraktilitas
miometrium dapat menurunkan kehilangan darah.
Penempatan satu tangan diatas simfisis pubis
mencegah kemungkinan inversi uterus selama
messase - Tanda-tanda ini menunjukkan hipovolemik dan
terjadinya syok. Perubahan pada Tekanan Darah tidak
dapat dideteksi sampai volume cairan telah menurun
sampai 30-50%. Sianosis adalah tanda akhir dari
hipoksia (rujuk pada DK : perfusi jaringan, perubahan) - Memberikan pengukuran lebih langsung dari volume
sirkulasi dan kebutuhan penggantian - Bermanfaat dalam memperkirakan luas/signifikasi
kehilangan cairan. Volume perfusi/sirkulasi adekuat
ditunjukkan dengan haluaran 30-50 ml/jam atau lebih
besar - Meningkatkan relaksasi dapat menurunkan ansietas
dan kebutuhan metabolik 2 . Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan
hipovolemia
DO:
- Penurunan pulsasi arteri,
- Ekstremitas dingin
- Perubahan tanda-tanda vital - Pelambatan pengisian kapiler
- Penurunan produksi ASI
DS:
- Ibu mengatakan Asi sedikit
- Ibu mengatakan tangan dan kakinya dingin Tujuan : Tidak terjadi perfusi jaringan
Kriteria hasil :
· Menunjukkan tanda-tanda vital dalam rentang
normal
· Ekstremitas hangat
· Kapiler refill <> 35 tahun § Paritas > 3 kali
§ Inaktivitas
§ Kelahiran cesar
§ Diabetes mellitus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar