Jumat, 25 Maret 2011

Perdarahan pada kehamilan muda adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 22 minggu.

Penanganan umum perdarahan pada kehamilan
muda :
- Lakukan penilaian secara cepat mengenaii keadaan
umum pasien, termasuk
tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan,
dan suhu). - Periksa tanda-tanda syok (pucat, berkerringat
banyak, pingsan, tekanan sistolik
kurang 90 mmHg, nadi lebih 112 kali per menit).
- Jika dicurigai terjadi syok, segera mullai penanganan
syok. Jika tidak terlihat tanda-
tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat penolong melakukan
evaluasi mengenai kondisi wanita karena
kondisinya dapat memburuk dengan
cepat. Jika terjadi syok, sangat penting untuk
memulai penanganan syok dengan
segera. - Jika pasien dalam keadaan syok, pikirkaan
kemungkinan kehamilan ektopik
terganggu.
- Pasang infus dengan jarum infus besar ((16 G atau
lebih), berikan larutan garam
fisiologik atau ringer laktat dengan tetesan cepat (500 cc dalam 2 jam pertama). Diagnosis perdarahan pada kehamilan muda :
1. Pikirkan kemungkinan kehamilan ektopik pada
wanita dengan anemia, penyakit
radang panggul (pelvic inflammatory disease- PID),
gejala abortus atau keluhan
nyeri yang tidak biasa. Catatan : Jika dicurigai adanya kehamilan ektopik,
lakukan pemeriksaan
bimanual secara hati-hati karena kehamilan ektopik
awal bisa sampai mudah
pecah.
2. Pikirkan kemungkinan abortus pada wanita usia reproduktif yang mengalami
terlambat haid (lebih 1 bulan sejak haid terakhir)
dan mempunyai 1 atau lebih
tanda berikut : perdarahan, kaku perut,
pengeluaran sebagian produk konsepsi,
serviks yang berdilatasi atau uterus yang lebih kecil dari seharusnya.
3. Jika abortus merupakan kemungkinan diagnosis,
kenali dan segera tangani
komplikasi yang ada. 1. Diagnosis abortus imminens : – Bercak perdarahan hingga perdarahan sedang. Perdarahan ringan
membutuhkan waktu lebih 5 menit untuk
membasahi pembalut atau kain
bersih. – Serviks tertutup. – Uterus sesuai dengan usia kehamilan. – Gejala / tanda : kram perut bawah dan uterus lunak.
2. Diagnosis kehamilan ektopik terganggu : – Bercak perdarahan hingga perdarahan sedang. – Serviks tertutup. – Uterus sedikit membesar dari usia kehamilan normal – Gejala / tanda : limbung atau pingsan, nyeri perut bawah, nyeri goyang porsio,
massa adneksa, dan cairan bebas intra abdomen.
3. Diagnosis abortus komplit : – Bercak perdarahan hingga perdarahan sedang. – Serviks tertutup atau terbuka. – Uterus lebih kecil dari usia kehamilan normal – Gejala / tanda : sedikit atau tanpa nyeri perut bawah, dan riwayat ekspulsi hasil
konsepsi.
4. Diagnosis abortus insipiens : – Perdarahan sedang hingga masif (banyak). Perdarahan berat membutuhkan
waktu kurang 5 menit untuk membasahi
pembalut atau kain bersih. – Serviks terbuka. – Uterus sesuai usia kehamilan. – Gejala / tanda : kram / nyeri perut bawah, dan belum terjadi ekspulsi hasil
konsepsi.
5. Diagnosis abortus inkomplit : – Perdarahan sedang hingga masif (banyak). – Serviks terbuka. – Uterus sesuai usia kehamilan. – Gejala / tanda : kram / nyeri perut bawah, dan ekspulsi sebagian hasil konsepsi.
6. Diagnosis abortus mola : – Perdarahan sedang hingga masif (banyak). – Serviks terbuka. – Uterus lunak dan lebih besar dari usia kehamilan – Gejala / tanda : mual / muntah, kram perut bawah, sindrom mirip pre
eklampsia, tidak ada janin, dan keluar jaringan
seperti anggur. Tanda dan gejala abortus antara lain nyeri abdomen bawah , nyeri lepas , uterus terasa lemas, perdarahan berlanjut, lemah, lesu, demam, sekret vagina berbau , sekret & pus dari serviks , dan nyeri goyang serviks . Komplikasinya adalah infeksi / sepsis. Penanganannya adalah mulai
memberikan antibiotik sesegera mungkin sebelum
melakukan aspirasi vakum manual. Antibiotiknya
berupa ampisilin 2 gr IV tiap 6 jam ditambah
gentamisin 5 mg/kgbb IV tiap 24 jam ditambah
metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam sampai ibu bebas demam 48 jam. Tanda dan gejala lainnya adalah nyeri / kaku pada
abdomen, nyeri lepas, distensi abdomen, abdomen
terasa tegang & keras, nyeri bahu, mual-muntah, dan
demam. Komplikasinya adalah perlukaan uterus, vagina atau usus . Penanganannya yaitu lakukan laparotomi untuk memperbaiki perlukaan dan
lakukan aspirasi vakum manual secara berurutan.
Mintalah bantuan lebih lanjut jika dibutuhkan. Jenis-Jenis Abortus ___________________ Jenis-jenis abortus :
1. Abortus spontan
2. Abortus yang disengaja
3. Abortus tidak aman
4. Abortus septik Abortus spontan adalah penghentian kehamilan sebelum janin mencapai viabilitas (usia kehamilan 22
minggu). Tahapan abortus spontan meliputi :
1. Abortus imminens (kehamilan dapat berlanjut).
2. Abortus insipiens (kehamilan tidak akan berlanjut
dan akan berkembang menjadi
abortus inkomplit atau abortus komplit). 3. Abortus inkomplit (sebagian hasil konsepsi telah
dikeluarkan).
4. Abortus komplit (seluruh hasil konsepsi telah
dikeluarkan). Abortus yang disengaja adalah suatu proses dihentikannya kehamilan sebelum janin mencapai
viabilitas. Abortus tidak aman adalah suatu prosedur yang dilakukan oleh orang yang tidak berpengalaman atau
dalam lingkungan yang tidak memenuhi standar
medis minimal atau keduanya. Abortus septik adalah abortus yang mengalami komplikasi berupa infeksi-sepsis dapat berasal dari
infeksi jika organisme penyebab naik dari saluran
kemih bawah setelah abortus spontan atau abortus
tidak aman. Sepsis cenderung akan terjadi jika
terdapat sisa hasil konsepsi atau terjadi penundaan
dalam pengeluaran hasil konsepsi. Sepsis merupakan komplikasi yang sering terjadi pada abortus tidak
aman dengan menggunakan peralatan. Penanganan
____________ Jika dicurigai suatu abortus tidak aman terjadi,
periksalah adanya tanda-tanda infeksi atau adanya
perlukaan uterus, vagina dan usus, lakukan irigasi
vagina untuk mengeluarkan tumbuh-tumbuhan, obat-
obat lokal atau bahan lainnya. Penanganan abortus imminens :
1. Tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring
total.
2. Jangan melakukan aktifitas fisik berlebihan atau
hubungan seksual.
3. Jika perdarahan : – Berhenti : lakukan asuhan antenatal seperti biasa, lakukan penilaian jika
perdarahan terjadi lagi. – Terus berlangsung : nilai kondisi janin (uji kehamilan atau USG). Lakukan
konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain.
Perdarahan berlanjut,
khususnya jika ditemukan uterus yang lebih besar
dari yang diharapkan,
mungkin menunjukkan kehamilan ganda atau mola.
4. Tidak perlu terapi hormonal (estrogen atau
progestin) atau tokolitik (misalnya
salbutamol atau indometasin) karena obat-obat ini
tidak dapat mencegah
abortus. Penanganan abortus insipiens :
1. Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan
evaluasi uterus dengan aspirasi
vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera
lakukan : – Berikan ergometrin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila
perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat
diulang sesudah 4 jam bila
perlu). – Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
2. Jika usia kehamilan lebih 16 minggu : – Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi. – Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena
(garam fisiologik atau larutan ringer laktat)
dengan kecepatan 40 tetes per
menit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
3. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah
penanganan. Penanganan abortus inkomplit :
1. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan
kehamilan kurang 16 minggu,
evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan
cunam ovum untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan
berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler atau
misoprostol 400 mcg per
oral.
2. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung
dan usia kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi sisa hasil konsepsi dengan : – Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi
dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan
jika aspirasi vakum manual
tidak tersedia. – Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg
intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu)
atau misoprostol 400 mcg
per oral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).
3. Jika kehamilan lebih 16 minggu : – Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik
atau ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes per
menit sampai terjadi
ekspulsi hasil konsepsi. – Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai
terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800
mcg). – Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
4. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah
penanganan. Penanganan abortus komplit :
1. Tidak perlu evaluasi lagi.
2. Observasi untuk melihat adanya perdarahan
banyak.
3. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah
penanganan. 4. Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet
sulfas ferrosus 600 mg per hari
selama 2 minggu. Jika anemia berat berikan
transfusi darah.
5. Konseling asuhan pasca keguguran dan
pemantauan lanjut. Pemantauan Pasca Abortus
__________________________ Insidens abortus spontan kurang lebih 15% (1 dari 7
kehamilan) dari seluruh kehamilan. Syarat-syarat memulai metode kontrasepsi dalam
waktu 7 hari pada kehamilan yang tidak diinginkan :
1. Tidak terdapat komplikasi berat yang
membutuhkan penanganan lebih lanjut.
2. Ibu menerima konseling dan bantuan secukupnya
dalam memilih metode kontrasepsi yang paling sesuai. Metode kontrasepsi pasca abortus : 1. Kondom – Waktu aplikasinya segera. – Efektivitasnya tergantung dari tingkat kedisiplinan klien. – Dapat mencegah penyakit menular seksual. 2. Pil kontrasepsi – Waktu aplikasinya segera. – Cukup efektif tetapi perlu ketaatan klien untuk minum pil secara teratur.
3. Suntikan – Waktu aplikasinya segera. – Konseling untuk pilihan hormon tunggal atau kombinasi.
4. Implan – Waktu aplikasinya segera. – Jika pasangan tersebut mempunyai 1 anak atau lebih dan ingin kontrasepsi
jangka panjang.
5. Alat kontrasepsi dalam rahim – Waktu aplikasinya segera dan setelah kondisi pasien pulih kembali. – Tunda insersi jika hemoglobin kurang 7 gr/dl (anemia) atau jika dicurigai
adanya infeksi.
6. Tubektomi – Waktu aplikasinya segera. – Untuk pasangan yang ingin menghentikan fertilitas. – Jika dicurigai adanya infeksi, tunda prosedur sampai keadaan jelas. Jika
hemoglobin kurang 7 gram/dl, tunda sampai
anemia telah diperbaiki. – Sediakan metode alternatif (seperti kondom). Beberapa wanita mungkin membutuhkan :
1. Jika klien pernah diimunisasi, berikan booster
tetanus toksoid 0,5 ml atau jika
dinding vagina atau kanalis servikalis tampak luka
terkontaminasi.
2. Jika riwayat imunisasi tidak jelas, berikan serum anti tetanus 1500 unit
intramuskuler diikuti dengan tetanus toksoid 0,5 ml
setelah 4 minggu.
3. Penatalaksanaan untuk penyakit menular seksual.
4. Penapisan kanker serviks. Kehamilan Ektopik Terganggu ___________________________ Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan
implantasi terjadi di luar rongga uterus. Tuba Fallopii
merupakan tempat tersering terjadinya implantasi
kehamilan ektopik (lebih 90%). Tanda dan gejala kehamilan ektopik sangatlah
bervariasi tergantung dari pecah tidaknya kehamilan
tersebut. Alat penting yang dapat digunakan untuk
mendiagnosis kehamilan ektopik yang pecah adalah
tes kehamilan dari serum yang dikombinasi dengan
pemeriksaan USG. Jika diperoleh haril darah yang tidak membeku segera mulai penanganan. Tanda dan gejala kehamilan ektopik :
1. Gejala kehamilan awal berupa flek atau perdarahan
ireguler, mual, pembesaran
payudara, perubahan warna pada vagina & serviks,
perlunakan serviks,
pembesaran uterus, frekuensi buang air kecil meningkat.
2. Nyeri pada abdomen dan pelvis. Tanda dan gejala kehamilan ektopik terganggu :
1. Kolaps dan kelelahan.
2. Denyut nadi cepat dan lemah (110 kali per menit
atau lebih).
3. Hipotensi.
4. Hipovolemia. 5. Abdomen akut dan nyeri pelvis.
6. Distensi abdomen. Distensi abdomen dengan
shifting dullness merupakan
petunjuk adanya darah bebas.
7. Nyeri lepas.
8. Pucat. Diagnosis banding kehamilan ektopik yang tersering
adalah abortus imminens. Diagnosa banding lainnya
adalah penyakit radang panggul akut & kronik, kista
ovarium (terpuntir atau ruptur) dan appendisitis akut.
USG dapat membedakan antara kehamilan ektopik,
abortus imminens dan kista ovarium terpuntir. Penanganan awal kehamilan ektopik :
1. Segera lakukan uji silang darah dan laparatomi.
Jangan menunggu darah
sebelum melakukan pembedahan.
2. Jika tidak ada fasilitas, segera rujuk ke fasilitas
lebih lengkap dan lakukan penilaian awal.
3. Pada laparatomi, eksplorasi kedua ovarium dan
tuba Fallopii : – Kerusakan tuba yang berat : lakukan salpingektomi (hasil konsepsi dan tuba
keduanya dikeluarkan). Ini merupakan terapi
pilihan pada sebagian besar
kasus. – Kerusakan tuba yang kecil : lakukan salpingostomi (hasil konsepsi dikeluarkan
dan tuba dipertahankan). Ini dilakukan dengan
mempertimbangkan
konservasi kesuburan karena resiko kehamilan
ektopik berikutnya cukup tinggi. Jika terjadi perdarahan banyak dapat dilakukan
autotransfusi apabila darah intraabdominal masih
segar dan tidak terinfeksi atau terkontaminasi (pada
akhir kehamilan, darah dapat terkontaminasi dengan
air ketuban dan lain-lain sehingga sebaiknya tidak
digunakan untuk autotransfusi). Darah dapat dikumpulkan sebelum pembedahan atau setelah
abdomen dibuka :
1. Sewaktu ibu berbaring di atas meja operasi
sebelum operasi dan abdomen
tampak tegang akibat terkumpulnya darah, saat itu
memungkinkan untuk memasukkan jarum melalui dinding abdomen dan
darah dikumpulkan diset
donor.
2. Cara lain, bukalah abdomen : – Ambil darah ke dalam suatu tempat dan saringlah darah dengan menggunakan
kasa untuk memisahkan bekuan darah. – Bersihkan bagian atas dari kantong darah dengan cairan antiseptik dan bukalah
dengan pisau steril. – Tuangkan darah wanita tersebut ke dalam kantong dan masukkan kembali
melalui set penyaring dengan cara biasa. – Jika tidak tersedia kantong donor dengan antikoagulan, tambahkan sodium
sitrat 10 ml untuk setiap 90 ml darah. Penanganan selanjutnya :
1. Sebelum membolehkan ibu pulang, lakukan
konseling dan nasehat mengenai
prognosis kesuburannya. Mengingat meningkatnya
resiko kehamilan ektopik
selanjutnya, konseling metode kontrasepsi dan penyediaan metode kontrasepsi,
jika diinginkan, merupakan hal yang penting.
2. Perbaiki anemia dengan sulfas ferrous 600 mg/hr
per oral selama 2 minggu.
3. Jadwalkan kunjungan berikutnya untuk
pemantauan dalam waktu 4 minggu. Mola Hidatidosa _______________ Kehamilan mola merupakan proliferasi abnormal dari
vili khorialis. Penanganan awal kehamilan mola :
Jika diagnosa kehamilan mola telah ditegakkan,
lakukan evaluasi uterus :
- Jika dibutuhkan dilatasi serviks, gunakkan blok
paraservikal.
- Pengosongan dengan aspirasi vakum manuaal lebih aman daripada kuretase
tajam. Resiko perforasi dengan menggunakan kuret
tajam cukup tinggi.
- Jika sumber vakum adalah tabung manual,, siapkan
peralatan aspirasi vakum
manual minimal 3 set agar dapat digunakan secara bergantian hingga
pengosongan kavum uteri selesai. Isi uterus cukup
banyak tetapi penting untuk
cepat dikosongkan. Penanganan selanjutnya kehamilan mola :
- Pasien dianjurkan untuk menggunakan konntrasepsi
hormonal (apabila masih ingin
anak) atau tubektomi apabila ingin menghentikan
fertilitas.
- Lakukan pemantauan setiap 8 minggu selaama minimal 1 tahun pasca evakuasi
dengan menggunakan tes kehamilan dengan urin
karena adanya resiko
timbulnya penyakit trofoblas yang menetap atau
khoriokarsinoma. Jika tes
kehamilan dengan urin tidak negatif setelah 8 minggu atau menjadi positif
kembali dalam 2 tahun pertama, rujuk ke pusat
kesehatan tersier untuk
pemantauan dan penanganan lebih lanjut. Sumber : Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
& Neonatal. Editor : Abdul Bari Saifuddin, Gulardi Hanifa
Wiknjosastro, Biran Affandi, Djoko Waspodo. Ed. I, Cet.
5, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2003.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar