Sabtu, 19 Maret 2011

Pengertian
Ketuban Pecah Dini ialah pecahnya ketuban secara spontan I jam atau lebih sebelum terjadinya persalinan (Oxorn,2003).
Ketuban Pecah Dini adalah keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu sebelum proses persalinan berlangsung (Saifudin, 2001).
Penyebab KPD
Penyebab ketuban pecah dini masih belum diketahui dengan pasti kemungkinan yang menjadi faktor predisposisi adalah (Manuaba, 2001)
1) Servik incompetent
2) Ketegangan rahim berlebihan : kehamilan ganda, hidramnion
3) Kelainan letak dalam rahim: letak sungsang, letak lintang
4) Kemungkinan kesempitan panggul: bagian terendah belum masuk PAP, sefalopelvik disproforsi
3) Kelainan bawaan dari selaput ketuban
4) Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
Diagnosis KPD (Saefudin, 2002)
1) Gejala: keluarnya cairan ketuban , ketuban pecah tiba tiba, bau cairan yang khas. Jika keluarnya cairan ketuban sedikit-sedikit, tampung cairan yang keluar dan nilai 1 jam kemudian.
2) Dengan spekulum DTT, lakukan pemeriksaan inspekulo. Nilai apakah cairan keluar melalui ostium uteri atau terkumpul di forniks posterior
3) Jangan lakukan pemeriksaan dalam dengan jari, karena tidak membantu diagnosis dan dapat mengundang infeksi
4) Jika mungkin lakukan:
a) Test lakmus (test nitrazin). Jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya cairan ketuban (allkalis). Darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang positif palsu.
b) Test Pakis, dengan meneteskan cairan ketuban pada obyek gelas dan biarkan kering. Pemeriksaan mikroskopis menujukkan kristal cairan amnion dan gambaran daun pakis

Pengaruh ketuban pecah dini pada ibu dan janin :
1) Pengaruh terhadap janin
Pecahnya selaput ketuban sebelum aterm merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas perinatal. Mortalitas pada bayi preterm adalah 30% (Oxorn, 2003).
Pecahnya selaput ketuban menyebabkan terbukanya hubungan intra uterin dengan ekstra uterin, dengan demikian mikroorganisme dengan mudah masuk dan menimbulkan infeksi intra partum apabila ibu sering diperiksa dalam, infeksi puerpualis, peritonitis dan sepsis (Mochtar, 2003).
Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan ruangan dalam rahim, sehingga memudahkan terjadinya infeksi asenden. Makin lama periode laten makin makin besar kemungkinan infeksi dalam rahim,,persalinan prematuritas dan selanjutnya meningkatkan kejadian kasakitan dan kematian janin dalam rahim. (Manuaba,2001)
Ketuban pecah pada kondisi kepala janin belum masuk panggul mengikuti aliran air ketuban, akan terjepit antara kepala dan dinding panggul, keadaan sangat berbahaya bagi janin. Dalam waktu singkat janin akan mengalami hipoksia hingga kematian janin dalam kandungan (IUFD). Pada kondisi ini biasanya kehamilan segera diterminasi. Bayi yang dilahirkan jauh sebelum aterm merupakan calon untuk terjadinya repiratory distress sindroma (RDS). Hipoksia dan asidosis berat yang terjadi sebagai akibat pertukaran oksigen dan karbondioksida alveoli-kapiler tidak adekuat, terbukti berdampak sangat fatal pada bayi. Selain itu, beberapa bayi yang mampu hidup setelah distress nafas yang berat dapat menderita gangguan pertumbuhan dan perkembangan (Asih, 1995) Pada KPD preterm dengan penanganan konservatif, biasanya disertai dengan pemberian terapi kortikostiroid untuk mempercepat maturasi paru janin. pemberian kortikostiroid dapat menimbulkan efek samping berupa penurunan kekebalan pada bayi, dengan demikian akan mengakibatkan risiko infeksi bayi baru lahir (Cunningham dkk,2007).
Pada induksi persalinan kontraksi otot rahim yang berlebihan dapat menimbulkan asfiksia janin (Manuaba,2001).
Pada bayi yang lahir dengan proses persalinan seksio caesaria terjadi asfiksia karena tekanan langsung pada kepala menekan pusat-pusat vital pada medula oblongata, terjadi aspirasi air ketuban, meconeum, cairan lambung dan karena perdarahan atau odema jaringan saraf pusat dan juga dapat menyebabkan sepsis yang dapat menyebabkan kematian janin
2) Pengaruh terhadap ibu
Beberapa penelitian telah dilaporkan peningkatan kejadian korioamnionitis pada KPD berkisar 10 - 40%. Korioamnionitis terjadi lebih sering pada wanita dengan KPD preterm dibandingkan KPD aterm (26% preterm berbanding 6,7% term). (Medlinux,2007
Pecahnya selaput ketuban menyebabkan terbukanya hubungan intra uterin dengan ekstra uterin, dengan demikian mikroorganisme dengan mudah masuk dan menimbulkan infeksi intra partum apabila ibu sering diperiksa dalam, infeksi puerpualis, peritonitis dan sepsis (Mochtar, 2003)
KPD yang diakhiri dengan persalinan spontan sering terjadi partus lama, atonia uteri dan perdarahn post partum. Pada ibu yang menjalani terapi konservatif, sering merasa lelah dan bosan berbaring di tempat tidur, gangguan emosi berupa kecemasan dan kesedihan. Informasi dan dukungan dari petugas kesehatan, keluarga terutama suami akan sangat membantu ibu menjaga kestabilan emosinya.

e. Penanganan ketuban pecah dini
Di Indonesia penanganan pada tiap rumah sakit bervariasi. Pada tahun 2002 secara nasional telah disusun buku Panduan praktis pelayanan kesehatan maternal neonatal. Panduan penanganan KPD yang telah dirumuskan dalam buku ini adalah
1) Penanganan umum
a) Konfirmasi usia kehamilan, kalau ada dengan USG
b) Lakukan pemeriksaan inspekulo (dengan spekulum DTT), untuk menilai cairan yang keluar (jumlah, warna, bau)
c) Tentukan ada tidaknya infeksi
d) Tentukan tanda-tanda infeksi
e) Tentukan tanda-tanda inpartu
f) Lakukan tes lakmus (tes nitrasin). Lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya cairan ketuban (alkalis)
2) Penanganan khusus
a) Rawat di rumah sakit
b) Jika ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika
c) Jika tidak ada infeksi dan kehamilan <37> 37 minggu
(1) Ketuban telah pecah >18 jam, berikan antibiotika profilaksis, ampisilin 2 gr I.V. setiap 6 jam sampai persalinan
(2) Nilai servik, jika servik matang lakukan induksi dengan oksitosin
3. Jika terdapat infeksi (amniotis)
(1) Berikan antibiotika kombinasi sampai persalinan ampilsilin 2 g I.V. Setiap 6 jam ditambah gentamisin 5mg/ kg BB I.V. setiap 24 jam
(2) Nilai serviks, jika serviks matang lakukan induksi pesalinan
(3) Jika ada sepsis bayi baru lahir, lakukan kultur dan berikan antibiotika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar